TabayyuN (Akhlak Mulia yang Sering di Lupakan)
Allah سبحانه وتعالى
berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ
تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman Jika
seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS.
Al-Hujurat 49: Ayat 6).
Semakin jauh kita dari Risalah kenabian
semakin banyak fitnah dan cobaan yang melanda. Dan ini tidak bisa dipungkiri
karena sudah merupakan Sunatullah.
Fitnah akhir zaman yang semakin meresahkan
terutama fitnah Syubhat yang melanda kaum muslimin semakin dahsyat. Dengan
segala macam propaganda yang ditiupkan oleh orang orang yang mereka menurutkan
hawa nafsu untuk mencapai tujuan dengan mengatasnamakan "Dakwah"
Semakin banyak bertebaran, bagaikan cendawan yang tumbuh subur di musim hujan. Dan tidak bisa dipungkiri
penyakit ini juga telah menyerang sebagian Ahlussunnah.
Awalnya niat ikhlas
karena Allah سبحانه
وتعالى karena menurutkan hawa nafsu maka niat ikhlas berubah hanya
menjadi slogan di bibir manis bagaikan madu. Penyakit hati telah menyerang dan
menggrogoti seseorang, ditambah Talbis Iblis menjadikan seseorang menjadi
arogan, akhirnya timbul perasaan angkuh mau menang sendiri dan setiap ucapannya
harus diikuti yang lebih parah tidak mau mendengar pendapat orang lain inilah
fenomena yang sekarang terjadi. Dakwah hanya pemanis dibibir akan tetapi
kenyataannya berubah untuk minta diakui, mencari pengikut, dan popularitas. Fenomena
ini telah merasuki dan menimpa Dakwah Ahlussunnah sekarang sedikit demi sedikit
dia menjalar bagaikan api dalam sekam.
Perasaan buruk sangka
terhadap sesama Ahlussunnah semakin tidak terbendung, yang mana kebanyakan dari
mereka ini baru belajar karena saking bersemangat, akhirnya mereka asal bicara
tanpa memperhatikan kaidah kaidah yang telah dijelaskan oleh para ulama
Ahlussunnah dalam menyikapi permasalahan, perbedaan dan perselisihan hanya
dengan bermodalkan semangat tersebut. Rusaknya dakwah Ahlussunnah disebabkan
oleh orang orang yang seperti ini mengatasnamakan Ahlussunnah akan tetapi Adab
dan Akhlak tidak mencerminkan sebagai seorang Ahlussunnah.
Menurutkan kehendak hawa
nafsu merupakan awal kehancuran, orang yang menurutkan hawa nafsunya akan
tampak dari perbuatan adab dan akhlaknya bukan dari lisannya.Jika ada diantara
Ahlussunnah yang mereka berselisih, berbeda pendapat didalam suatu masalah maka
yang lain tidak menambah keruh sumber masalah akhirnya timbul masalah yang
baru. Agama kita mengajarkan tata caranya.
Allah سبحانه وتعالى
berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ
تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
"Wahai orang-orang
yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita,
maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS.
Al-Hujurat 49: Ayat 6).
Mengapa harus Tabayyun,
dengan Tabayyun maka kita akan mengetahui kebenaran suatu perkara. Agar kita
tidak mencelakakan orang lain. Dan jangan hanya bermodal percaya, Taklid dan
ta'asub dengan seseorang lalu kita menyebarkan berita yang tidak pernah
dilakukan orang tersebut akhirya kita telah memfitnahnya dan merusak jati diri
dan kehormatannya.
Rasulullah صلى الله
عليه وسلم bersabda:
لَيْسَ
الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak
mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk
akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya.” (HR. Tirmidzi no. 1977,
Ahmad no. 3839 dan lain-lain).
Ahlussunnah tidak boleh iri dan dengki
terhadap Ahlussunnah yang lain apalagi menjelekkannya tanpa bukti, jika
dilakukan tampak jelas kebodohan yang mengikuti hawa nafsu tanpa
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan dari persangkaan yang tidak mendasar.
Hendaklah kita berhati
hati didalam bertindak.
Didalam berdakwah bukan
asal bicara. Dan prinsif dasar Ahlussunnah bukan orang yang mempunyai titel
saja yang boleh berbicara tentang Agama akan tetapi siapapun dia apabila yang
diucapkannya Qolallah( Al Qur'an), Qolarasul (Hadits berupa Fi'Li, Qouli, dan
Taqriri) dan Qolasahabah, (Atsar para Sahabat) maka kita ambil perkataanya
bukan karena orangnya dan dimana tempat dia belajar, inilah sikap picik
kedunguan, (Jahil Murakkab) yang harus dihilangkan dari orang yang mengaku
dirinya sebagai seorang Ahlussunnah.
Hati hati dengan penyakit
Hasad (iri dan dengki) ini, karena orang yang di masuki virus Hasad ini
"senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.
Seperti yang dikatakan
oleh para ulama,
hasad adalah berharap
hilangnya nikmat Allah pada orang lain. Nikmat ini bisa berupa nikmat harta,
kedudukan, ilmu, dan lainnya. Demikian penjelasan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam
Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 368.
Dari Abu Hurairah رضي
الله عنه
Rasulullah صلى الله
عليه وسلم bersabda:
لاَ
تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ
يَبِعْ
بَعْضُكُمْ
عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو
المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ.
التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ
امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى
المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Janganlah kalian saling
hasad (mendengki), janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli),
janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan
janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia
tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain.
Takwa itu di sini, beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali. Cukuplah
seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas
muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’”
(HR. Muslim, no. 2564).
Allah سبحانه وتعالى
berfirman:
وَلَا
تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ
نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا
اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’: 32).
Seharusnya kita menyadari
dan memperhatikan bahwa setiap nikmat yang diberikan oleh
Allah سبحانه وتعالى pada setiap makhluknya itu sudah
ketentuanNya, sehingga kita tidak perlu iri dan dengki, baik berupa harta
maupun ilmu dan yang lainnya.
Oleh karena itu kita
memohon perlindungan kepada Allah سبحانه وتعالى dari penyakit
"hasad" Ini dengan bertawakal kepadaNya, dengan meningkatkan kualitas
Ilmu, amal, dan dakwah dengan menuntut ilmu syar'i berdasarkan Al Qur'an dan
Sunnah Nabi صلى الله
عليه وسلم dengan pemahaman para Salaf dalam mengamalkan agama ini
(Islam), dan senantiasa bersabar.
Allah سبحانه وتعالى
berfirman:
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ
تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sediki tpun tidak mendatangkan kemudaratan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS.
Ali ‘Imran: 120).
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi
حفظه الله mengatakan,
“Benteng yang paling kuat untuk melindungi diri dari kejahatan orang yang hasad
adalah dengan berpegang pada Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, lalu meminta
perlindungan kepada Allah Rabb semesta alam.” (At-Tashiil
li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 726)
Semoga kita senantiasa dijauhkan dan
dilindungi oleh Allah سبحانه وتعالى
dari virus Hasad ini.
(Abu
Hikmatyar)
Posting Komentar untuk "TabayyuN (Akhlak Mulia yang Sering di Lupakan)"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.