Landasan yang Harus di Ketahui Dalam Memilih Istri
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَاَمَةٌ
مُّؤۡمِنَةٌ خَيۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِكَةٍ وَّلَوۡ اَعۡجَبَتۡكُمۡۚ
“Sungguh,
hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik
meskipun dia menarik hatimu.” (QS. Al Baqarah: 221)
عَسٰى رَبُّه اِنۡ
طَلَّقَكُنَّ اَنۡ يُّبۡدِلَه اَزۡوَاجًا خَيۡرًا مِّنۡكُنَّ مُسۡلِمٰتٍ
مُّؤۡمِنٰتٍ قٰنِتٰتٍ تٰٓٮِٕبٰتٍ عٰبِدٰتٍ سٰٓٮِٕحٰتٍ ثَيِّبٰتٍ وَّاَبۡكَارًا
"Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh
jadi Allah akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari
kamu, perempuan-perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat,
yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan." (At-Tahrim:
5)
اِنَّ
الۡمُسۡلِمِيۡنَ وَالۡمُسۡلِمٰتِ وَالۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتِ
وَالۡقٰنِتِيۡنَ وَالۡقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيۡنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيۡنَ
وَالصّٰبِرٰتِ وَالۡخٰشِعِيۡنَ وَالۡخٰشِعٰتِ وَالۡمُتَصَدِّقِيۡنَ وَ
الۡمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّآٮِٕمِيۡنَ وَالصّٰٓٮِٕمٰتِ وَالۡحٰـفِظِيۡنَ
فُرُوۡجَهُمۡ وَالۡحٰـفِظٰتِ وَالذّٰكِرِيۡنَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا وَّ الذّٰكِرٰتِ ۙ
اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمۡ مَّغۡفِرَةً وَّاَجۡرًا عَظِيۡمًا
“Sungguh, laki-laki_dan perempuan Muslim,
laki-laki_dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar." (Al-Ahzab: 35)
Diriwayatkan al-Bukhari dari Abu Hurairah,
dari Nabi, beliau bersabda:
تنكح المرأة
لأربع لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك
"Wanita dinikahi
karena empat perkara: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya,
maka pilihlah wanita yang beragama agar engkau tidak menjadi hina. " (1)
• Sabdanya: تنكح
المرأة لأربع (wanita dinikahi karena empat perkara), yakni karena
empat perkara.
• Sabdanya: لمالها
ولحسبها (karena harta dan
kedudukannya). Alhasab pada asalnya adalah mulia karena leluhur dan kaum
kerabat, diambil dari kata al-hisab (menghitung). Karena bila mereka
berbanggabangga, maka mereka menyebutkan dan menghitung sifat-sifat kebaikan
mereka serta peninggalan leluhur dan kaum mereka. Konon, yang dimaksud dengan
al-hasab di sini ialah segala perbuatan yang bagus.
Bisa diambil darinya
bahwa orang yang mulia lagi bernasab dianjurkan untuk menikah yang senasab
dengannya. Kecuali bila terjadi kontradiksi, yaitu wanita yang setara nasabnya
dengannya tidak memiliki ketaatan beragama dan wanita yang tidak setara
nasabnya dengannya memiliki ketaatan beragama, maka ia harus mendahulukan
wanita yang memiliki agama. Demikianlah dalam semua sifat. Sebagian Syafi'iyah
berpendapat, “dianjurkan agar wanita itu bukan kerabat dekat." Pendapat
ini bersandarkan pada hadits, namun ia tidak memiliki sanad. Pendapat ini juga
berdasarkan pengalaman, yaitu bahwa anak yang dihasilkan dari suami istri yang
masih kerabat itu lebih dungu. Karenanya, ini pendapat yang argumentatif. (2)
• Sabdanya: وجمالها (dan kecantikannya), bisa diambil darinya tentang dianjurkannya menikahi
wanita yang cantik. Kecuali bila terjadi kontradiksi, yaitu wanita yang cantik
itu tidak taat beragama, sedangkan yang lainnya bagus agamanya. Memang benar,
seandainya keduanya sama dalam ketaatan beragama, maka yang cantik lebih
didahulukan. Termasuk dalam kategori kecantikan fisik, ialah kecantikan sifat.
Di antaranya, ringan maharnya.
• Sabdanya: فاظفر بذات الدين (maka carilah wanita yang
memiliki agama). Dalam hadits Jabir: (maka hendaklah engkau memilih wanita yang
memiliki agama). Artinya, sudah sepantasnya lakilaki yang memiliki agama dan
adab menjadikan agama sebagai titik tolak pandangannya dalam segala sesuatu.
Apalagi dalam memilih teman hidupnya dalam waktu yang lama. Karena itu, Nabi
memerintahkan agar mencari wanita yang memiliki ketaatan agama yang notabene
adalah puncak pencarian.
• Sabdanya: تربت يداك (semoga kamu tidak
menjadi hina), yakni lashiqata bi ath-thurab (kedua tanganmu menempel di
tanah). Ini adalah kinayah (kata-kata kiasan) tentang kefakiran. Ini adalah
kalimat berita bermakna doa, tapi tidak dimaksudkan menurut hakikatnya. Inilah
yang ditegaskan oleh penulis al-Umdah. Selainnya menambahkan bahwa katakata itu
yang keluar dari Nabi berkenaan dengan orang Muslim tidak terkabulkan, karena beliau
telah mensyaratkan hal itu kepada Rabb-nya.
Ibnu al-Arabi menuturkan
bahwa maknanya adalah istaghnat (tidak membutuhkan). Disebutkan bahwa yang
dikenal ialah ittaraba, artinya tidak membutuhkan dan tariba, artinya
membutuhkan. Artinya bahwa kecukupan yang ditimbulkan dari harta adalah tanah,
karena semua yang ada di dunia ini adalah tanah dan hal ini cukup jelas. Konon,
maknanya adalah lemah akalmu. Ada yang mengatakan, engkau memerlukan ilmu. Dan
juga di dalamnya terdapat taqdir syarat, yakni hal itu akan terjadi padamu,
jika engkau tidak melakukannya. Inilah yang ditarjih oleh Ibnu al-Arabia.
Ada juga yang mengatakan,
maknanya: Engkau membutuhkan, maka engkau gagal. (3)
Jadi, syarat pertama dan
terpenting yang harus ada pada calon istri ialah agama, sebagaimana firman-Nya:
"Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan Musyrik meskipun
dia menarik hatimu.” (AlBaqarah: 221)
Juga berdasarkan
firman-Nya:
وَالطَّيِّبٰتُ
لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ
"Sedangkan perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan
yang baik (pula)." (An-Nur: 26)
قيتث حفظت للغيب
بما حفظ الله
"Adalah mereka yang
taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah
telah menjaga (mereka)." (AnNisa: 34)
Jika seorang wanita
memiliki ketaatan beragama, maka Anda bisa berharap kebaikan darinya. Tanda
awal ketaatan beragama seorang wanita adalah shalat, dan shalat ini adalah
komunikasi antara hamba dengan Rabb-nya. Jika ia memiliki komunikasi yang baik
antara dirinya dengan Rabb-nya, maka Anda bisa berharap darinya akan terjadi
komunikasi yang baik antara diri Anda dengannya-dan Allah memiliki sifat yang
Mahatinggi. Sementara wanita yang telah melalaikan urusan dan hak Rabb-nya,
maka ia tidak merasa berdosa bila melalaikan urusan dan hak suaminya. Siapa
yang ridha istrinya melalaikan urusan dan kewajiban yang ditetapkan Rabb-nya,
maka janganlah ia mencela kecuali terhadap dirinya sendiri, jika istrinya
melalaikan haknya dan tidak memelihara rumahnya.
Jika istri memiliki
agama, maka ia istri yang berakhlak. Ini adalah keniscayaan. Islam adalah agama
pertengahan. Siapa yang memeluknya, maka ia berada di antara sikap
berlebih-lebihan (ifrath) dan meremehkan (tafrith). Jadi, ia tidak
berlebih-lebihan dalam agamanya dan tidak pula meremehkan agamanya. Anda
melihatnya berakhlakkan dengan akhlak al-Quran dalam hal berhijab, mu'amalat
(interaksi sosial), berbicara, dan selainnya yang difardhukan al-Quran atas
wanita. Jika di samping memiliki ketaatan beragama, ia memiliki kecantikan,
maka ini adalah suatu kenikmatan. Nabi sendiri memotivasi mengenai kecantikan,
lewat sabdanya; "Sesungguhnya Allah itu indah menyukai keindahan." (4)
Footnote:
(1) HR. Al-Bukhari
(5/1985) dan Muslim (2/1086).
(2) Demikianlah ulama
kaum Muslimin memahami sejak waktu yang lampau atas berbagai atsar yang
menunjukkan pernikahan dengan kaum kerabat dan mereka memperingatkan hal itu.
Hingga datang ilmu modern yang mendukung pendapat mereka. Patut diingatkan di
sini bahwa calon suami-istri harus rela diperiksa sebelum melangsungkan
pernikahan sebagai upaya preventif terhadap segala pengaruh luar yang mungkin
tampak setelah pernikahan dalam kondisi-kondisi tertentu.
(3) Fath al-Bari (5/136),
dikutip secara bebas.
(4) HR. Muslim.
(sumber: Tuhfah Al ‘Arusain, Majdi bin Manshur
bin Sayyid Asy Syuri)
Posting Komentar untuk "Landasan yang Harus di Ketahui Dalam Memilih Istri"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.