Kriteria Calon Istri Idaman dari Kacamata Islam
Nabi Shollallahu ’alaihi
wa sallam pernah ditanya, "Siapakah wanita yang terbaik?" Beliau
menjawab:
التي تسره إذا
نظر وتطيعه إذا أمر ولا تخالفه في نفسها ومالها بما يكره
"Wanita yang membahagiakannya (suami)
jika memandangnya, menaatinya jika memerintahkannya, dan tidak menyelisihinya
berkenaan diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukainya.” (1)
Wanita yang beragama lagi
cantik adalah “cahaya di atas cahaya". Dan, jika ia juga memiliki harta
dan kedudukan, maka ia telah menghimpun sifat kebaikan yang banyak.
• Di antara sifat yang
dituntut pada seorang istri, ia adalah wanita yang penuh kasih lagi banyak
anak, sebagaimana sabdanya:
تزوجوا الولود
الودود فإني مكاثر بكم
"Menikahlah dengan
wanita yang banyak anak lagi penuh kasih, karena aku akan membangga-banggakan
jumlah kalian. " (2)
• la memiliki belas kasih
dan kasih sayang, berdasarkan sabdanya:
خير نساء ركبن
الإبل أخناه على طفل وأرعاه على زوج في ذات يده
"Sebaik-baik wanita
yang mengendarai unta ialah yang paling belas kasih kepada anak-anak dan paling
menjaga hak suaminya.” (3)
● la masih gadis,
berdasarkan sabda Nabi kepada Jabir:
ألا تزوجتها
بكرا تلاعبك وتلاعبها وتضاحكك وتضاحكها
"Mengapa engkau
tidak menikah dengan gadis yang bisa bermain-main denganmu dan engkau bisa
bermain-main dengannya. Ia berkelakar denganmu dan engkau berkelakar dengannya.”
(4)
Shahih dari Aisyah, pada
suatu hari ia mengatakan kepada Nabi-seraya menyindir pernikahan Nabi
dengannya, yaitu sebagai satu-satunya gadis yang beliau nikahi:
أرأيت لو نزلت
واديا وفيه شجرة قد أكل منها ووجدت شجرا لم يؤكل منها في أيها كنت ترتع بعيرك قال
في الذي لم يرتع منها تعني أن رسول الله لم يتزوج بكرا غيرها
"Bagaimana menurutmu bila engkau singgah
di sebuah lembah yang terdapat pohon yang sudah pernah dimakan, dan engkau
mendapati pohon yang belum pernah dimakan sedikit pun. Pada pohon manakah engkau
akan menggembalakan untamu?” Beliau menjawab, "Pada pohon yang belum
dimakan sedikit pun." Maksudnya bahwa Nabi tidak pernah menikah dengan
gadis selain dirinya.” (Sahih Al Bukhori: 5077)
Jika ada alasan yang
mendorong untuk menikahi janda, maka itu bagus.
Salah satu anekdot yang
diriwayatkan mengenai perbedaan antara janda dengan gadis, bahwa seorang sahaya
wanita pernah dihadapkan di hadapan Khalifah al-Mutawakkil, lalu Khalifah
bertanya, “Apakah engkau gadis atau janda?” Ia menjawab, “Janda, wahai Amirul
Mukminin."
Salah seorang dari mereka
membeli sahaya wanita, lalu ia bertanya kepadanya, “Aku tidak mengiramu kecuali
masih gadis?" Ia berkata kepadanya, “Sungguh telah terjadi banyak
penaklukan di masa al-Watsiq.”
Salah seorang dari mereka
berkata kepada sahaya wanita, “Apakah engkau masih gadis?" Ia menjawab,
“Aku berlindung kepada Allah dari al-kasad (yakni status janda)."
Dua orang sahaya wanita:
gadis dan janda diperlihatkan kepada salah seorang di antara mereka, maka ia
cenderung kepada yang gadis. Maka yang janda itu mengatakan, “Engkau
menginginkannya, padahal jarak antara aku dengannya hanya sehari.”—Maksudnya
jarak antara kegadisan dan menjadi janda hanya semalam. Ia mengatakan kepadanya:
وإن يوما عند
ربك كألف سنة مما تعدون
"Dan sesungguhnya
sehari di sisi Rabb-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu."
(Al-Hajj: 47)
Wanita itu termasuk orang
yang terdidik lewat hidangan al-Quran dan Sunnah. Bukan wanita yang terdidik
lewat hidangan Timur dan Barat, yang berjalan dan menjulurkan lidah di belakang
segala yang baru di dunia mode, pakaian, cat kuku, dunia kaset dan penyanyi. Ia
mengambil jalan dan teladannya dari penyanyi, penari dan pemeran film, baik
laki-laki maupun perempuan.
Saudaraku, hati-hatilah
mengambil teman wanita yang tidak berkudungkan dengan kerudung Rabb-nya, dan
lebih mendahulukan kerudung seniman dan orang jahat, lalu ia menelanjanginya
dan menutupinya. Ia menjadikannya sebagai barang dagangan yang dipajang untuk
setiap orang yang punya sepasang mata agar melihatnya, sepasang mulut agar
membicarakannya, mencandainya dan meneleponnya, mengendusnya di jalan dan alat
transportasi. Maka, pilihlah wanita yang memiliki agama agar engkau tidak
menjadi hina. (5)
Footnote:
(1) HR. An Nasaa’i 3231, dan Ahmad 7421.
(2) HR. An Nasaa’I 3227, Abu Dawud 2050.
(3) HR. Al-Bukhari
(5/1955) dan Muslim (4/1959).
(4) HR. Muslim 715, An Nasaa’i 4641, Ibnu Maajah
2205.
(5) Pada saat menulis
paragraf ini, seorang dari mereka sedang membatalkan pinangannya yang ketiga
dalam masa satu tahun. Setelah mengakhiri ikatannya dengan tunangannya yang
pertama meskipun wanita tersebut taat beragama dan berakhlak, dan aku tidak
mengetahui alasannya membatalkan pinangan itu yang bisa memuaskan-saudara
perempuannya menawarkan kepadanya seorang gadis: tidak shalat, suka bersolek
dan keluar rumah. Aku juga tidak menduga bahwa keluarganya ahli shalat dan taat
beragama karena sebagian hal yang aku lihat pada mereka. Kemudian ia tahu bahwa
ternyata gadis itu memiliki hubungan (berpacaran) dengan laki-laki lain, maka
ia mengakhiri hubungannya dengannya. Karena rumah itu adalah rumah yang tidak
dilingkupi dengan nilai-nilai agama, iffah dan adab-adab Islami, maka ia
bergaul dengan kakak perempuan wanita tadi, mencandainya dan berkelakar
dengannya. Mengapa tidak, sedangkan ia adalah kakak perempuan tunangannya.
Semuanya adalah wanita. Akhirnya, ia jatuh cinta padanya sejak pandangan
pertama, dan gadis itu juga melempar perangkapnya di hadapannya. Hingga suatu
hari ia datang kepada penulis untuk menceritakan sejauh mana hubungannya
dengannya dan rasa cintanya padanya. Namun, penulis memperingatkan kepadanya
bahwa wadahnya satu. Penulis katakan kepadanya: Penulis mengkhawatirkan padamu
bila gadis itu telah menyusu dari tempat yang sama sehingga ia seperti saudara
perempuannya." Ia mengatakan, "Tidak, tidak. Ia berbeda sama sekali
dengan saudara perempuannya." Penulis katakan padanya, "Tapi ia tidak
shalat, sedangkan kamu alhamdulillah termasuk ahli shalat. Jangan terpedaya
dengan kata-kata manisnya, dan berharap ia akan shalat." Ia mengatakan
dengan lisan halnya-sebagaimana dikatakan banyak pemuda kita yang baik-baik:
Semoga aku menjadi sebab hidayahnya menuju jalan Rabb-nya. Jangankan engkau
akan menaikkannya ke atas, justru dialah yang akan menjerumuskanmu ke jurang
paling bawah. Semoga aku menjadi sebab komitmennya dengan agamanya dan
shalatnya. Hingga akhirnya penulis dikejutkan dengannya sejak beberapa hari da
bersamaan dengan berakhirnya bulan Ramadhan yang diberkahi. Ia berkata kepadaku
lewat telepon, "Aku telah mengakhiri hubunganku dengan gadis itu."
Penulis bertanya, "Mengapa, saudaraku, padahal engkau mengatakan cinta
kepadanya?" Ia menjawab, "Aku sudah mengetahui bahwa ia memiliki
hubungan dengan banyak pemuda. Semuanya
memiliki nomor telepon, janji, wisata, dan keluar."
(Sumber: Tuhfah Al ‘Arusain, Majdi bin Manshur
bin Sayyid Asy Syuri)
Posting Komentar untuk "Kriteria Calon Istri Idaman dari Kacamata Islam"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.