Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Penyakit Yang Harus dijauhi oleh Penuntut Ilmu


Salah satu Kewajiban seorang Muslim adalah menuntut ilmu syar'i.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah Majah no. 224)

Dan Allah سبحانه وتعالى Berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚوَا تَّقُوا اللّٰهَۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18)

 

1. Salah satu penyakit yang menimpa para Penuntut Ilmu adalah mereka kadang kadang kurang ikhlas dalam belajar

Setiap amalan yang akan kita lakukan berupa ibadah yang termasuk didalamnya menuntut ilmu maka hendaklah dilakukan dengan mengikhlaskannya kepada Allah سبحانه وتعالى.

Mengapa demikian Ikhlas merupakan amalan hati yang sangat penting. Karena ikhlas bagian pokok dari agama Islam.

Secara bahasa (Etimologi).

Kata ikhlas (إِخْلاَص) berasal dari akar kata yang terbentuk dari huruf ل خ , dan ص akar kata ini memiliki makna pemurnian dan pembersihan. 

Artinya murni belum bercampur dengan sesuatu apapun.

Secara istilah (Terminologi).

Para ulama telah menyebutkan definisi ikhlas dengan berbagai ungkapan. Ada yang berpendapat, ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah pembersihan dari pamrih kepada makhluk.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah رحمه الله berkata, “Ikhlas adalah mengesakan Al-Haq (Allah) dalam tujuan melakukan ketaatan.” Madarijus Salikin, 2//91.

Imam Ahmad رحمه الله berkata:

Amalan yang paling utama dalam menuntut Ilmu syar'i adalah dengan ikhlas karena Allah سبحانه وتعالى dan mengharapkan balasan dariNya.

Ciri ciri orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu:

1. Ketika dia datang, dia memposisikan dirinya agar selalu tawaddhu untuk mengharapkan ilmu yang bermanfaat.

Dan para Ulama mengatakan Ilmu itu pelit artinya perhatian kita kepadanya (ilmu) tidak sepenuhnya kita dapatkan kadang kadang setengahnya pun tidak.

Jadi kata Imam Syafi'i رحمه الله menuntut ilmu harus fokus, yang fokus saja belum tentu mendapatkannya apalagi tidak fokus.

2. Untuk menghilangkan kejahilan (kebodohan) tanpa terkecuali. Imam imam kaum muslimin dulunya mereka awam akan tetapi setelah belajar baru mereka mempunyai ilmu.

Sekali lagi, agar diterimanya amal ibadah hendaklah dilakukan dengan iklhlas dan mutabaah dan ini merupakan syarat di terimanya amal, sedangkan ikhlas makanan batin dan mutabaah (mengikuti tuntunan Nabi صلى الله عليه وسلم) makanan zahir.

Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata: Suatu amalan walaupun hanya sedikit maka dia akan mendekatkan kita dengan Allah سبحانه وتعالى  jika dikerjakan sesuai dengan Sunnah.

Suatu amalan meskipun banyak dia akan menjauhkan kita dari Allah سبحانه وتعالى jika dilakukan tidak sesuai dengan Sunnah.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

٭لَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗوَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk 67: Ayat 2)

Ikhlas mengesakan Allah سبحانه وتعالى

Disetiap amal ibadah yang kita lakukan.Orang yang ikhlas dia tidak terpengaruh dengan pujian dan sanjungan begitu juga sebaliknya.

Ikhlas ini harus di jaga oleh para thalib walaupun itu perkara yang sangat sulit.Dengannya kita harus melatih diri, agar senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk ikhlas serta istiqomah dijalan Sunnah.

 

2. Penyakit yang menimpa para penuntut Ilmu adalah Jeleknya Adab

Ulama Salaf mengatakan kelemah lembutan dan adab yang baik dia adalah pakaian dari ilmu.

Orang lebih senang dengan mereka yang beradab walaupun kurang ilmunya, dibandingkan dengan orang yang berilmu tetapi tidak beradab.

Karena yang pertama kali dilihat adalah adab bukan ilmu.

Imam Malik رحمه الله Imam Darul Hijrah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab, Sebagaimana

Yusuf bin Al Husain رحمه الله berkata,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Ibnul Mubarok رحمه الله berkata,

تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين

 

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Ibnu Sirin رحمه الله berkata,

كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم

“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”

Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok رحمه الله,

نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من حديث

“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.

Begitulah perhatian para ulama tentang adab sangat besar sekali sebelum menuntut ilmu.

Para Salaf dulu mereka berpesan kepada anak anak mereka untuk mempelajari adab.

Karena orang orang yang mengamalkan Sunnah dizaman sekarang ini mereka asing di tengah masyarakat adapun adab adalah sebaik baik teman didalam keterasingan.Selain terasing kaum muslimin dihadapkan dengan bermacam macam fitnah selain fitnah syubhat diantaranya ada fitnah syahwat. Fitnah syahwat ini terutama fitnah tentang wanita.

Dari Usamah Bin Zaid رضي الله عنه Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari 5096 dan Muslim 2740).

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ﴿٣٣﴾فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Yusuf berkata “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Yusuf/12:33-34)

Dari Ali bin Zaid dari Said bin Al-Musayyib, dia berkata,

“Tidak ada yang lebih mudah bagi setan untuk menggoda kecuali melalui perempuan.” Kemudian, Said berkata “Tidak ada sesuatu yang lebih aku takutkan daripada perempuan.” Padahal saat itu umurnya sudah lanjut, tua renta dan salah satu penglihatannya telah buta sedangkan yang tersisa pun sudah kabur penglihatannya karena rabun.

Dari Imran bin Abdul Malik, dia berkata, “Said bin Al-Musayyib رحمه الله berkata, “Aku tidak pernah merasa takut kepada sesuatu pun seperti ketakutanku pada wanita.”

Nasehat Rasulullah صلى الله عليه وسلم berwasiat kepada Ali رضي الله عنه dari Buraidah, dia berkata, “Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada Ali رضي الله عنه

يَا عَلِيّ ُ! لاَتُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ, فَإِنَّمَا لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الأَخِيْرَةُ

“Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)”. (HR Abu Dawud no 2149 (Kitabun Nikah), At-Tirmidzi no 2777 (Kitabul Adab))

 

3. Penyakit lain yang menimpa para penuntut ilmu adalah Hasad

Bahaya penyakit ini terletak pada sifat (egois) yang berlebih, ingin menjadikan dirinya selalu dituriti dan diikuti, orang semacam ini apabila tidak dituruti kemauannya maka dia akan marah dan menebarkan kebencian. Sombong, ujub, gila hormat cinta jabatan dll inilah diantara penyebab Hasad.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda memperingatkan umatnya dari hasad, 

“Hati-hatilah kalian semua dari hasad (dengki) karena sesungguhnya hasad itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar, atau beliau bersabda, “(memakan) rerumputan.” (HR. Abu Dawud)

Bahkan Beliau صلى الله عليه وسلم menyifati orang yang hasad sebagai musuh nikmat Allah سبحانه وتعالى sebagaimana di dalam sabdanya,

“Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah itu mempunyai musuh.” Kemudian ditanya kan, “Siapakan musuh-musuhnya itu?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang hasad (dengki) terhadap sesama manusia karena Allah telah memberikan keutamaan (nikmat) kepada mereka.”

Dan orang yang terjangkit penyakit hasad ini mempunyai sifat sombong dan suka merendahkan manusia dan dia iri jika orang lain mendapatkan nikmat seperti, harta, jabatan, kedudukan, bahkan ilmu.

Dari Abdullâh bin Mas’ud رضي الله عنهما Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. Seorang laki-laki bertanya: “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?) Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. (HR. Muslim, no. 2749)

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjadikan kita orang orang yang mengikhlaskan diri beribadah kepadaNya, senantiasa mengikuti petunjuk NabiNya, dijauhkan dari Adab dan Akhlak yang buruk dan dari penyakit Hasad.Semoga yang sedikit ini memberikan manfaat bagi kita semua.

(Abu Hikmatyar)

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "3 Penyakit Yang Harus dijauhi oleh Penuntut Ilmu"