Kisah Nyata Berjalan 3 Hari 3 Malam untuk Menuntut Ilmu
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Cerita ini saya (penulis) tulis
adalah untuk memberikan ibroh kepada kita semua khususnya saya sendiri bahwa
penderitaan dan kesusahahpayahan kita dalam menempuh jalan yang haq ini
tidaklah seberapa, bahkan jika kita bandingkan dengan para salafushalih.
Cerita yang saya ambil ini adalah
kisah manusia di masa ini, dimana sangat langka dan sulit ditemui orang-orang
yang memiliki ghiroh yang sama sepertinya dalam tholabul ‘ilm. Saya menuliskan
cerita ini adalah berdasarkan sebuah kisah nyata, dimana kisah tersebut saya
dengar sendiri oleh salah satu sumber (akhowat) terpercaya yang mengetahui
kisah tersebut…wallahua’lam. Semoga kisah ini dapat memotivasi dan
menginspirasi kita untuk lebih dapat bersemangat dalam menuntut ilmu syar’ie. Baarokallohufiikum.
Di suatu daerah terpencil, terdapat
sepasang suami istri yang sangat zuhud. Mereka belum dikaruniai seorang putra
karena masih dikategorikan pengantin yang masih baru. Perlu diketahui sang
suami adalah seorang yang sangat rajin menuntut ilmu, ia adalah seseorang yang
memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk memperoleh ilmu. Bahkan dahulu
ketika ia ingin menikah, ia tidak mempunyai sepeser uang yang cukup untuk
meminang seorang akhowat, dan akhirnya ia menghadap kepada salah seorang ustadz
di ma’had yang saat itu ia belajar di sana hanya untuk meminta nasihat
bagaimana ia dapat menikah. Ia sangat sadar bahwa dirinya tak tampan, dan tidak
mapan dalam pekerjaan karena hampir masa mudanya dihabiskan di ma’had. Sang
ustadz pun menghargai tekadnya dan pada akhirnya membiayai pernikahan lelaki
tersebut.
Sang suami di masa mudanya adalah
salah seorang murid yang diakui kepandaiannya di ma’hadnya. Beberapa rekan dan
ustadz memujinya dalam hal keilmuannya. Suatu hari sang suami berniat ingin
mendatangi suatu dauroh di luar kota. Karena ia belum memiliki pekerjaan yang
tetap (masih serabutan-red-) maka ia dan istrinya memikirkan bagaimana caranya
agar sang suami dapat pergi untuk mendatangi dauroh tersebut walau ekonomi
mereka sangat pas-pasan. Jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh, sehingga
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan penghasilan mereka untuk makan
sehari-hari saja masih belum cukup. Sang suami bukanlah seorang yang malas
dalam mencari nafkah, namun qaddarallah… Allah telah menetapkan rezekinya hanya
sedemikian. Walau demikian ia tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Baca Juga: Kisah Lainnya
Suatu hari istrinya yang
walhamdulillah sangat qona’ah dan juga zuhud, berinisiatif membongkar tabungan
yang beberapa bulan ia kumpulkan di kotak penyimpanannya. Qaddarallah, uang
yang terkumpul hanya Rp 10.000,-. Bayangkan wahai pembaca, bahkan mata ini
ingin menangis ketika saya mengetik kisah ini, dalam sehari kita bisa memegang
uang puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan mungkin hingga ada yang mencapai
nominal jutaan. Dengan keistiqomahan dan kezuhudan sang istri tidak pernah
mengeluh untuk mengumpulkan 100 perak (Rp 100,-) setiap keuntungan yang
diperoleh suaminya yang tidak setiap hari ia dapatkan.
Sang istri segera mengumpulkan uang
tersebut dan berinisiatif untuk membuatkan bekal arem-arem (bahasa jawa), yaitu
sejenis nasi kepal yang dibungkus daun pisang untuk bekal perjalanan suaminya.
Hanya itu yang dapat sang istri berikan kepada suaminya sebagai wujud cinta dan
kasih sayangnya.
Sang suami pun kemudian berangkat
dengan membawa bekal dan do’a dari istrinya untuk menuntut ilmu. Ia pergi
dengan berjalan kaki. Yah, benar!! hanya dengan berjalan kaki untuk menepuh
jarak puluhan kilometer!!! (wallahua’lam) Karena ia tak membawa uang sepeserpun
untuk bepergian, hanya beberapa buah arem-arem dan pakaian yang melekat di
badannya yang ia bawa ke luar kota. Subhanallooh.
Perjalanan ia tempuh 3 hari 3 malam
dengan kedua kakinya tanpa kendaraan satupun. Akhirnya ia pun sampai di tempat
dauroh dilaksanakan, hanya dengan berjalan kaki dan berteduh di tempat seadanya
selama perjalanan.
Dauroh akhirnya dimulai, selama
dauroh ia sangat antusias untuk mengambil ilmu yang diterimanya, ia mengambil
shaf paling depan dan dekat dengan ustadz pemateri. Namun beberapa saat
kemudian ia mendapat teguran oleh seseorang di sampingnya karena setiap beberapa
menit ia selalu meluruskan kakinya ketika materi berlangsung, hal itu tidak ia
lakukan sekali-dua kali, namun hingga beberapa kali, hingga akhirnya orang
disampingnya pun menegurnya karena menganggapnya tidak sopan. Hal itu ia
lakukan karena kakinya terasa pegal selama 3 hari 3 malam berjalan kaki. Ma syaa
Alloh.
Saat istirahat pun tiba…ia berkumpul
dengan ikhwan-ikhwan lain di dapur untuk membantu berbenah. Ia pun akhirnya
menceritakan kisah 3 hari 3 malamnya itu kepada salah seorang ikhwan di tempat
tersebut, dan seketika membuat tercengang orang-orang yang mendengarnya. Akhirnya
cerita itu sampai ke telinga ustadz pemateri dauroh. Ustadz pun tercengang
dengan kisah itu dan akhirnya ustadz beserta ikhwan-ikhwan mengumpulkan dana
sukarela untuk memberikan sumbangan kepadanya dan terkumpulah uang Rp 300.000,-
sebagai dana bantuan untuk kepulangannya.
Subhanalloh, sebuah kisah yang
mungkin sempat kita ragukan kebenarannya, tapi Insya Alloh ini kisah nyata. Semoga
kita dapat mengambil ibroh dari kisah ini. Terakhir mari kita simak hadist
berikut ini.
“Barang siapa menempuh jalan untuk
menuntut ilmu agama, pasti Allah membuat mudah baginya jalan menuju surga”. (HR
Muslim)
Yahya bin Abi Katsir rahimahullahu
ta’ala berkata, “Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan (dengan
santai/tidak bersungguh-sungguh).” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam
Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi I/385, no. 554)
Semoga cerita ini dapat menjadi
pelajaran yang berharga bagi kita semua terkhususnya saya sebagai penulis.
Wallahua’lam bishowab.
(Yogyakarta,
9 juni 2011)
Penulis: Hamba Allah
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Kisah Nyata Berjalan 3 Hari 3 Malam untuk Menuntut Ilmu"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.