Allah Berfirman dengan Suara Yang Dapat didengar Makhluk-Nya
Salah satu ‘aqidah Ahlus-Sunnah
wal-Jama’ah tentang sifat Allah menyatakan bahwa Allah ta’ala berfirman dengan
suara yang dapat didengar oleh makhluk-Nya. Di antara dalil yang menjadi
landasan ‘aqidah ini antara lain:
Firman Allah ta’ala:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى
لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ
“Dan tatkala Musa datang untuk
(munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman (langsung) kepadanya”. (QS. Al-A’raaf: 143)
وَكَلَّمَ اللَّهُ
مُوسَى تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada
Musa dengan langsung”. (QS. An-Nisaa’: 164)
فَلَمَّا أَتَاهَا
نُودِيَ يَا مُوسَى * إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ
الْمُقَدَّسِ طُوًى * وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى * إِنَّنِي أَنَا
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
“Maka ketika ia datang ke tempat api
itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci,
Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu) Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaha:
11-14)
Kalaam dalam tinjauan bahasa ‘Arab,
tidaklah terjadi melainkan dengan huruf dan suara. (1) Para ulama telah
ijmaa’ dalam hal ini (Risaalah As-Sijziy ilaa Ahli Zubaid, hal. 81) Abul-Qaasim
Al-Asbahaaniy rahimahullah berkata:
وقد أجمع أهل العربية
أن ما عدا الحروف والأصوات ليس بكلام حقيقة
“Orang-orang ‘Arab telah bersepakat
bahwasannya segala sesuatu selain huruf dan suara bukanlah kalaam (perkataan)
secara hakekat”. (Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/399)
Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam:
1. Hadits Abu Sa’iid Al-Khudriy
radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا عُمَرُ
بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، حَدَّثَنَا أَبُو
صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَقُولُ اللَّهُ: يَا آدَمُ، فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ، فَيُنَادَى بِصَوْتٍ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ
بَعْثًا إِلَى النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Umar
bin Hafsh bin Ghiyaats: Telah menceritakan kepada kami ayahku: Telah
menceritakan kepada kami Al-A’masy: Telah menceritakan kepada kami Abu Shaalih,
dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata: Telah bersabda Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Allah berfirman: ‘Wahai Aadam’. Aadam berkata:
‘Aku penuhi panggilan-Mu’. Kemudian Aadam dipanggil dengan suatu suara:
‘Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk mengeluarkan anak cucumu untuk
dimasukkan ke dalam neraka”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7483)
Suara tersebut adalah suara firman
Allah ta’ala, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat:
حَدَّثَنِي يُوسُفُ
بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ:
" يَا آدَمُ "، فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ،
قَالَ: يَقُولُ: " أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ "، قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟
قَالَ: " مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ "
Telah menceritakan kepadaku Yuusuf
bin Muusaa: Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Al-A’masy, dari Abu
Shaalih, dari Abu Sa’iid, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam: “Allah berfirman: ‘Wahai Aadam’. Aadam berkata: ‘Aku penuhi
panggilan-Mu, dan kebaikan ada di kedua tangan-Mu’. Allah berfirman: ‘Keluarkan
para utusan/penghuni neraka’. Aadam berkata: ‘Apakah utusan/penghuni neraka itu?’.
Allah berfirman: ‘Untuk setiap 1.000 orang, (diambil) 999 orang......”. (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhaariy no. 6530)
2. Hadits Abu Hurairah radliyallaahu
‘anhu.
حَدَّثَنَا سَعِيدُ
بْنُ عَمْرٍو، نا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ عِكْرِمَةَ، نا أَبُو
هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ
إِذَا قَضَى الأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ الْمَلائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا
لِقَوْلِهِ كَصَوْتِ السِّلْسِلَةِ عَلَى الصَّفْوَانِ، فذَلِكَ قَوْلُهُ: حَتَّى إِذَا
فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Telah menceritakan Sa’iid bin ‘Amru:
Telah mengkhabarkan kepada kami Sufyaan bin ‘Uyainah, dari ‘Amru (bin Diinaar),
dari ‘Ikrimah: Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Hurairah, dari Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah apabila
telah selesai menetapkan satu perintah dari langit, para malaikat
memukul-mukulkan sayap mereka merendahkan diri karena patuh terhadap firman-Nya
yang seakan-akan seperti suara rantai besi yang ditarik di atas batu. Itulah
firman-Nya: {‘Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka,
mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka
menjawab: "(Perkataan) yang benar", dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar} (QS. Saba’: 23)..”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam
Al-‘Arsy no. 80; shahih)
Riwayat di atas sebagai dalil bahwa
firman Allah ta’ala dapat didengarkan oleh para malaikat-Nya.
3. Hadits Abu Dzarr Al-Ghifaariy
radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا أَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ بَشَّارٍ، قَالُوا:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُدْرِكٍ، عَنْ
أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ، وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"، قَالَ: فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثَلَاثَ
مِرَارًا، قَالَ أَبُو ذَرٍّ: خَابُوا، وَخَسِرُوا، مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
قَالَ: " الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ
الْكَاذِبِ "
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr bin Abi Syaibah, Muhammad bin Al-Mutsannaa, dan Ibnu Basyaar, mereka
berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari
‘Aliy bin Mudrik, dari Abu Zur’ah, dari Kharasyah bin Al-Hurr, dari Abu Dzarr,
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ada tiga golongan
yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat, tidak dilihat, dan
tidak pula disucikan serta baginya adzab yang sanga pedih”. Abu Dzar berkata:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkannya tiga kali. Kemudian Abu
Dzarr bertanya: “Sungguh sangat jelek dan meruginya mereka itu wahai Rasulullah?”.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Mereka adalah) musbil
(orang yang melakukan isbal), orang yang gemar mengungkit-ungkit kebaikan yang
telah diberikan, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu”.
(Diriwayatkan oleh Muslim no. 106)
Tidaklah dikatakan bahwa Allah ta’ala
akan mengajak bicara orang-orang selain tiga golongan di atas, kecuali
pembicaraan itu dapat didengarkan suaranya.
Perkataan Para Ulama:
1. ‘Abdullah bin Mas’uud
radliyallaahu ‘anhu.
ثنا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ أَحْمَدَ، قَالَ: ثني أَبِي، قَالَ: ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُحَارِبِيُّ،
عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ مُسْلِمٍ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ:
" إِذَا تَكَلَّمَ اللَّهُ بِالْوَحْيِ يَسْمَعُ صَوْتَهُ أَهْلُ السَّمَاءِ فَيَخِرُّونَ
سُجَّدًا، حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ، قَالَ: سَكَنَتْ عَنْ قُلُوبِهِمْ،
نَادَى أَهْلُ السَّمَاءِ: وَمَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: الْحَقَّ، قَالَ كَذَا
وَكَذَا "
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin Ahmad, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata:
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdurrahmaan bin Muhammad Al-Muhaaribiy, dari
Al-A’masy, dari Muslim, dari Masruuq, dari ‘Abdullah: “Apabila Allah berbicara
dengan wahyu, penduduk langit mendengar suara-Nya lalu mereka bersujud. Hingga
apabila telah hilang rasa takut dari hati mereka, penduduk langit berkata:
‘Apakah gerangan yang telah difirmankan Rabb kalian?’. Mereka menjawab:
‘Kebenaran’”. Ibnu Mas’uud berkata: “Demikian dan demikian” (Diriwayatkan oleh
Ibnun-Najjaad dalam Ar-Radd ‘alaa Man Yaquulu annal-Qur’aana Makhluuq no. 5;
shahih, namun sanad ini dla’iif karena ‘an’anah Al-Muhaaribiy dan Al-A’masy,
sedangkan mereka berdua adalah mudallis (2)).
Ahmad bin Hanbal rahimahullah
berhujjah dengan riwayat di atas dan kemudian berkata: “Jahmiyyah
mengingkarinya. Mereka adalah orang-orang kafir, yang menginginkan untuk
membuat kesamaran terhadap manusia. Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah
tidak berbicara, maka ia kafir. Sesungguhnya kami meriwayatkan hadits-hadits
ini sebagaimana datangnya”. (Diriwayatkan oleh Ibnun-Najjaad dalam Ar-Radd
‘alaa Man Yaquulu annal-Qur’aana Makhluuq hal. 5 no. 3; shahih)
2. ‘Abdul-Wahhaab bin ‘Abdil-Majiid
Ats-Tsaqafiy (w. 194 H)
قال الخلال وأنبأنا
ابو بكر المروزى سمعت أبا عبد الله وقيل له إن عبد الوهاب قد تكلم وقال من زعم إن الله
كلم موسى بلا صوت فهو جهمي عدو الله وعدو الاسلام فتبسم أبو عبد الله وقال ما أحسن
ما قال عافاه الله
Al-Khallaal berkata: Dan telah
memberitakan kepada kami Abu Bakr Al-Marwaziy: Aku mendengar Abu ‘Abdillah:
Dikatakan kepadanya: “Sesungguhnya ‘Abdul-Wahhaab telah berkata: ‘Barangsiapa
yang menyangka bahwa Allah telah berbicara kepada Muusaa tanpa suara, maka ia
seorang Jahmiy, musuh Allah dan musuh Islam”. Maka Abu ‘Abdillah (Ahmad bin
Hanbal) tersenyum dan berkata: “Betapa bagus yang ia katakan. Semoga Allah
mengampuni dosanya”. (Dar’ut-Ta’aarudl Al-‘Aql wan-Naql, 2/38-39)
3. Ahmad bin Hanbal rahimahullah (w.
241 H)
ثنا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ أَحْمَدَ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبِي عَنْ قَوْمٍ يَقُولُونَ: لَمَّا كَلَّمَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ مُوسَى لَمْ يَتَكَلَّمْ بِصَوْتٍ، قَالَ أَبِي: تَكَلَّمَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى بِصَوْتٍ وَتَعَالَى بِصَوْتٍ، وَهَذِهِ أَحَادِيثُ نَرْوِيهَا كَمَا جَاءَتْ.
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin Ahmad, ia berkata: Aku bertanya kepada ayahku tentang satu kaum
yang berkata: ‘Ketika Allah ta’ala berbicara kepada Muusaa, Ia tidak berbicara
dengan suara’. Ayahku berkata: “Allah tabaaraka wa ta’ala berbicara dengan
suara. Maha Tinggi Allah dengan suara. Hadits-hadits ini kami riwayatkan
sebagaimana datangnya”. (Diriwayatkan oleh An-Najjaad dalam Ar-Radd ‘alaa Man
Yaquulu Annal-Qur’aan Makhluuq no. 3; shahih)
4. Muhammad bin Ismaa’iil
Al-Bukhaariy rahimahullah (w. 256 H)
Al-Bukhaariy rahimahullah berkata:
هَذَا دَلِيلٌ أَنَّ
صَوْتَ اللَّهِ لا يشبه أَصْوَاتَ الْخَلْقِ، لأَنَّ صَوْتَ اللَّهِ جَلَّ ذِكْرُهُ
يُسْمَعُ مِنْ بُعْدٍ كَمَا يُسْمَعُ مِنْ قُرْبِ
“Ini adalah dalil bahwasannya suara
Allah tidak menyerupai suara-suara makhluk, karena suara Allah Yang Maha Agung
dapat didengar dari jauh seperti halnya didengar dari dekat”. (Khalqu
Af’aalil-‘Ibaad, hal. 149)
5. Abul-Hasan ‘Aliy bin Ismaa’iil
Al-Asy’ariy rahimahullah (w. 324 H)
Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah
berkata:
وقد قال الله عز
وجل: وَكَلَّمَ اللهُ مُسَى تَكْلِيْماً (السناء ؛ ١٦٤)، والتكليم هو المشافهة بالكلام
“Dan Allah ‘azza wa jalla telah
berfirman: ‘Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung’ (QS.
An-Nisaa’: 164) Berbicara adalah mengucapkan perkataan”. (Al-Ibaanah, hal. 24)
Perkataan di atas sebagai dalil bahwa
Abul-Hasan menetapkan bahwa kalaamullah terdiri dari huruf dan suara, yang
didengarkan langsung oleh Muusaa ‘alaihis-salaam tanpa perantara.
6. Al-Hasan bin ‘Aliy Al-Barbahaariy
rahimahullah (w. 329 H)
Al-Barbahaariy rahimahullah berkata:
والإيمان بأن الله
تبارك وتعالى هو الذي كلم موسى بن عمران يوم الطور وموسى يسمع من الله الكلام بصوت
وقع في مسامعه منه لا من غيره فمن قال غير هذا فقد كفر بالله العظيم
“Dan beriman bahwasannya Allah
tabaraaka wa ta’ala berbicara kepada Muusaa bin ‘Imraan pada suatu hari di
bukit Thuur, dan Muusaa mendengar perkataan Allah dengan suara melalui
telinganya secara langsung, bukan dengan perantara dari selainnya. Barangsiapa
yang mengatakan selain ini, sungguh ia telah kafir kepada Allah Yang Maha
Agung”. (Syarhus-Sunnah, hal. 90 no. 76)
7. Abu Muhammad ‘Abdullah bin Yuusuf
Al-Juwainiy (w. 438 H)
Al-Juwainiy rahimahullah berkata:
فإن الله تعالى قد
تكلم بالقرآن المجيد، وبجميع حروفه، فقال تعالى: {آلم} وقال: {آلمص} وقال: {ق والقرآن
المجيد}. وكذلك جاء في الحديث: ((فيُنادي يوم القيامة بصوتٍ يسمعُهُ من بَعُدَ كما
يسْمَعُه من قَرُبَ)) وفي الحديث: ((لا أقولُ آلم حرْفٌ، ولكن ألفٌ حرفٌ، لامٌ حرفٌ،
وميمٌ حرفٌ))
“Sesungguhnya Allah ta’ala telah
berbicara dengan Al-Qur’an Al-Majiid dan dengan seluruh huruf-hurufnya. Allah
ta’ala berfirman: ‘Alif Laam Miim’. Alif Laam Miim Shaad. Qaaf, dan demi
Al-Qur’an yang sangat mulia’. Dan begitu yang terdapat dalam hadits: ‘Allah
memanggil pada hari kiamat dengan suara yang dapat didengar dari jauh seperti
halnya didengar dari dekat’. Juga dalam hadits: ‘Aku tidak mengatakan Alif Laam
Miim itu satu huruf; akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim
satu huruf’”. (Risaalah fii Itsbaat Al-Istiwaa’ wal-Fauqiyyah oleh Al-Juwainiy
- http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=36009)
8. Abu Nashr ‘Ubaidullah bin Sa’iid
As-Sijziy rahimahullah (w. 444 H)
Ia menulis kitab berjudul:
الرد على من أنكر
الحرف والصوت
“Bantahan terhadap orang yang
mengingkari huruf dan suara”. (Risaalah As-Sijziy ilaa Ahli Zubaid fir-Radd
‘alaa Man Ankaral-Harf wash-Shaut, Daarur-Raayah, Cet. 1/1414 H)
9. ‘Abdul-Qadiir Al-Jiilaaniy
rahimahullah (w. 561 H)
Ia membuat satu pasal dalam kitab
Al-Ghun-yah berjudul:
فصل: ونعتقد أن القرآن
حروف مفهومة، وأصوات مسموعة........
“Pasal: Dan kami meyakini bahwasannya
Al-Qur’an adalah huruf-huruf yang dapat dipahami dan suara-suara yang dapat
didengar….”. (Al-Ghun-yah, hal. 90)
10. Taqiyyuddin Abu Muhammad
‘Abdul-Ghaniy bin ‘Abdil-Waahid Al-Maqdisiy rahimahullah (w 600 H)
‘Abdul-Ghaniy Al-Maqdisiy
rahimahullah berkata:
ومن مذهب أهل الحق
أن الله عز وجل لم يزل متكلماً بكلام مسموع، مفهوم، مكتوب، قال الله عز وجل: { وَكَلَّمَ
اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيماً }
“Dan termasuk madzhab ahlul-haq
bahwasannya Allah ‘azza wa jalla senantiasa berfirman dengan perkataan yang
dapat didengar, dipahami, lagi tertulis. Allah ‘azza wa jalla berfirman: ‘Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung’ (QS. An-Nisaa’: 164)”. (Al-Iqtishaad
fil-I’tiqaad, hal. 130)
ونعتقد أن الحروف
المكتوبة والأصوات المسموعة عين كلام الله عز وجل، لا حكاية ولا عبارة
“Dan kami meyakini bahwa huruf yang
tertulis dan suara-suara yang terdengar merupakan Kalaamullah itu sendiri. Ia
bukan hikayat, bukan pula ‘ibaarat”. (idem, hal. 140)
11. Muwaffaquddiin, ‘Abdullah bin
Ahmad bin Qudaamah Al-Maqdisiy rahimahullah (w. 620 H)
Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata:
ومن صفات الله تعالى
أنه متكلم بكلام قديم، يسمعه منه من شاء من خلقه. سمعه موسى عليه السلام منه من غير
واسطة، وسمعه جبريل عليه السلام، ومن أذن له من ملائكته ورسله...... كلام الله بحرف
وصوت مسموع. وقال تعالى: فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى * إِنِّي أَنَا رَبُّكَ
“Dan termasuk di antara shifat-shifat
Allah ta’ala bahwasannya Ia berbicara dengan perkataan yang bersifat qadiim.
Allah memperdengarkan perkataan-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Allah
pernah memperdengarkan kepada Muusaa ‘alaihis-salaam tanpa perantaraan. Begitu
juga kepada Jibriil ‘alaihis-salaam, dan siapa saja yang diijinkan-Nya dari
kalangan malaikat-Nya dan Rasul-Rasul-Nya..... Perkataan Allah adalah dengan
huruf dan suara yang dapat didengar. Allah ta’ala berfirman: ‘Maka ketika ia
datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah
Tuhanmu’ (QS. Thaha: 11-12)”. (Lum’atul-I’tiqaad – dengan syarh-nya oleh
Asy-Syaikh Al-Fauzaan, hal. 109-110 & 113)
Itulah ‘aqidah Ahlus-Sunnah
wal-Jama’ah yang menyelisihi ahlul-bid’ah dari kelompok Jahmiyyah dan
Mu’tazilah yang menafikkan sifat Kalaam dari Allah. Menyelisihi ahlul-bid’ah
dari kelompok Asyaa’irah dan Matuuridiyyah yang mengatakan bahwa kalaam nafsiy
Allah tanpa huruf dan tanpa suara, sedangkan kalaam Allah dalam Taurat, Injil,
dan Al-Qur’an bukan firman Allah yang hakiki, merupakan makhluk, dan kiasan
yang menunjukkan kalaam nafsiy Allah. (lihat: I’tiqaad Ahlis-Sunnah oleh Dr.
Muhammad Al-Khumais, hal. 67)
Footnote:
(1) Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah
berkata:
إثبات القول لله
عزّ وجل وهذا كثير في القرآن الكريم، وهو دليل على ما ذهب إليه أهل السنة من أن كلام
الله يكون بصوت، إذ لا يطلق القول إلا على المسموع.
“(Faedah ketiga): Penetapan kalaam
(perkataan) bagi Allah ‘azza wa jalla, dan hal ini banyak terdapat dalam
Al-Qur’an Al-Kariim. Ia adalah dalil atas pendapat Ahlus-Sunnah yang menyatakan
bahwa perkataan Allah (Kalaamullah) adalah dengan suara, karena tidaklah
dimutlakkan kalaam (perkataan) kecuali dapat didengarkan” (Syarh Al-Arba’iin
An-Nawawiyyah – chm, Free Program from Islamspirit)
(2) Al-Muhaaribiy mempunyai
mutaba'aat dari Ibnu Numair, Jariir, Abu Mu’aawiyyah Adl-Dlariir, Syu’bah, Abu
Hamzah As-Sukriy, Hafsh bin Ghiyaats, Ats-Tsauriy, Syariik, dan Wakii’.
Catatan: Diriwayatkan pula secara
marfuu’, namun yang mahfuudh adalah mauquuf sebagaimana dijelaskan
Ad-Daaruquthniy dalam Al-‘Ilal.
Wallaahu a’lam.
Ini saja yang dapat dituliskan.
Semoga ada manfaatnya.
(Ciper, Ciapus, Ciomas, Bogor –
14022012)
Penulis: Abul Jauzaa’
(Alumnus IPB & UGM)
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Allah Berfirman dengan Suara Yang Dapat didengar Makhluk-Nya"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.