Etika dalam Bekerja - Ust. Ahfadl Saefuddin, S.Pd.
Saudaraku yang semoga
dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala. Seorang mukmin tentu sangat ingin apabila
setiap apa yang dilakukan atau yang dikerjakannya, hal tersebut mendatangkan
ridho Allah subhanahu wa ta’ala dan bernilai pahala. Sama halnya dengan seorang
pekerja, maka apabila pekerjaannya tersebut dapat mendatangkan ridho dan pahala
dari Allah subhanahu wa ta’ala. Maka selayaknya untuk memperhatikan hal-hal berikut
ini yang kami singkat dengan sebutan IJMAA yaitu:
I = IKHLAS
J = JUJUR
M = MAKSIMAL
A = AMANAH
A = AKHLAQUL KARIMAH
1. IKHLAS
Ikhlas ialah seorang mukallaf [1]
yang melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah.
Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia dan tidak pula berharap
(amalnya memberi) manfaat dan menolak bahaya. [2]
Manfaat Ikhlas Lillahi Ta’ala, diantaranya adalah:
a) Mendapat Pahala Amal
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ
فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا
يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ
إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya
mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang
hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka
hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam
Ahli Hadits).[3]
b) Apa yang berasal Dari Hati (Ikhlas) Akan
Sampai Ke Hati
ما
خرج من القلب فدخل إلى القلب
“Sesuatu yang keluar dari hati, akan
masuk pula ke dalam hati.” [4]
Pekerjaan yang berasal dari ketulusan hati akan memberikan dampak positif
yang sangat besar, seorang guru yang ikhlas mengajar in sya Allah ilmu dan
akhlaqnya akan sangat berpengaruh pada anak didiknya.
Ikhlas adalah asas sangat penting dalam bekerja. Ia adalah pendorong yang
sangat kuat agar kita dapat menunaikan pekerjaan dengan baik.
Dengan keikhlasan, seorang pekerja akan selain merasa diawasi, bekerja dengan
maksimal dan membaguskan hasil pekerjaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami Tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami Keluarkan baginya pada hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al Isra’: 13-14)
2. JUJUR
Dalam sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu
Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ
صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ
وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
3. MAKSIMAL
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ
أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang di antara kalian
mengerjakan suatu pekerjaan dengan tekun.” (Syu’abul Iman 7/233 no. 4930)
Maksimalkan Jiwa (fikir), raga (fisik) dan waktu.
1.
Rekrutmen
2. Pemaksimalan Kinerja Karyawan
4. AMANAH
Diantara ayat-ayat
mengenai kewajiban menunaikan amanah dan larangan berkhianat adalah firman
Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا
حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
kalian menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisa’: 58)
Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat ini, “Allah Ta’ala
memberitakan bahwasanya Ia memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada
ahlinya. Di dalam hadits yang hasan dari Samurah bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَدِّاْلأَمَانَةَ
إِلَى مَنِ ائْتَمَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikan amanah kepada orang yang memberi
amanah kepadamu, dan janganlah kamu menghianati orang yang mengkhianatimu” [Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan Ahlussunnan] Dan ini mencakup semua bentuk amanah-amanah
yang wajib atas manusia mulai dari hak-hak Allah Azza wa Jalla atas
hamba-hamba-Nya seperti : shalat, zakat, puasa, kaffarat, nazar-nazar dan lain
sebagainya. Dimana ia diamanahkan atasnya dan tidak seorang hamba pun
mengetahuinya, sampai kepada hak-hak sesama hamba, seperti ; titipan dan lain
sebagainya dari apa-apa yang mereka amanahkan tanpa mengetahui adanya bukti
atas itu. Maka Allah memerintahkan untuk menunaikannya, barangsiapa yang tidak
menunaikannya di dunia diambil darinya pada hari Kiamat.” Dan firman-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal: 27)
Ibnu Katsir berkata, “Dan khianat mencakup dosa-dosa kecil dan besar yang lazim (yang tidak terkait dengan orang lain) dan muta’addi (yang terkait dengan orang lain). Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas mengenai tafsir ayat ini, “Dan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian”. Amanah adalah ama-amal yang diamanahakn Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu faridhah (yang wajib), Allah berfirman : “Janganlah kamu mengkhianati” maksudnya : janganlah kamu merusaknya”. Dan dalam riwayat lain ia berkata, “(Janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul) Ibnu Abbas berkata, “(Yaitu) dengan meninggalkan sunnahnya dan bermaksiat kepadanya.”
5. AKHLAK MULIA
Akhlak mulia merupakan perhiasan terbaik bagi
seseorang, lingkungan kerja yang pegawainya berhias dengan akhlak mulia
merupakan salah diantara sebab ketenangan, ketentraman dan kenyamanan.
Terkadang lingkungan kerja yang demikian seolah menjadi rumah dan keluarga
kedua. Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk kepada kita agar menjadikan
Rasulullah sebagai teladan. Cobalah resapi firman Allah ta’ala berikut ini:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ
وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS.
Al Ahzab: 21)
Allah Ta’ala Telah mentazkiyyah akhlak
Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى
خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al Qalam: 4)
Akhlak yang
mulia merupakan ibadah yang agung, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ
القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201).
Saudaraku yang berbahagia, demikianlah hal-hal yang perlu kita perhatikan dan kita amalkan saat kita bekerja. Baik itu bekerja di tempat milik orang lain atau di tempat sendiri.
Semoga bermanfaat, Baarokallahu fiikum..
Oleh: Ahfadl Saefudin, S.Pd.I
Footnote:
[1]
(Orang Yang Terkena Beban Kewajiban)
[2] Al ‘Izz bin
Abdis Salam https://almanhaj.or.id/11937-pengertian-ikhlas-2.html.
[4] [Siyar
A’lamin Nubalaa’: 6/122].
Posting Komentar untuk "Etika dalam Bekerja - Ust. Ahfadl Saefuddin, S.Pd."
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.