Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Bermadzhab dan Tidak Bermadzhab - Ustadz Sabri Bin Mahdan

Kabeldakwah.com

Daftar Isi:

#Pendahuluan

#Hakikat Bermadzhab

#Tidak Bermadzhab: Medan Ulama, Bukan Jalan Awam

#Orang Awam Mengikuti Ulama Tanpa Terikat Madzhab

#Kesimpulan

#Pendahuluan

Akhir-akhir ini, tongkrongan para penuntut ilmu baik di dunia maya ataupun dunia nyata dipenuhi dgn obrolan seputar masalah bermadzhab dan tidak bermadzhab. Tidak sedikit diantara mereka yang saling serang secara berlebihan, sehingga perlu kiranya kita memahami apa sebenarnya hakikat bermadzhab dan tidak bermadzhab, supaya kita selaku penuntut ilmu kecil dan mungil ini bisa bersikap dgn adil dan bijaksana serta tidak melampaui kapasitas kita sebagai tulaibul 'ilmi.

Madzhab secara bahasa berarti jalan yang ditempuh (الطريق المسلوك). ¹

Dalam istilah fiqih, madzhab adalah metode istinbath hukum syar’i yang dirumuskan seorang imam mujtahid, lalu diikuti dan dikembangkan murid-muridnya untuk memahami dalil-dalil syariat secara terperinci.² Empat madzhab besar Ahlus Sunnah yang diikuti mayoritas umat Islam adalah Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Bermadzhab bukanlah bentuk fanatisme kepada sosok imam tertentu, tetapi sebuah jalan teratur agar umat tidak terombang-ambing dalam memahami dalil syar’i.

#Hakikat Bermadzhab

Bermadzhab pada dasarnya adalah bentuk ittiba’ kepada ulama ahli istinbath. Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada ahlu dzikri (ilmu) jika kalian tidak mengetahui. (QS. An-Nahl: 43)

Asy-Syathibi menjelaskan:

ليس للعوام مذهب معين، وإنما مذهبهم مذهب مفتيهم

Orang awam tidak memiliki madzhab selain madzhab Muftinya. ³

Sebab ia tidak punya kemampuan istinbath (mengambil) hukum syar’i. Maka wajib baginya bertaqlid kepada seorang alim, dan madzhab muftinya itulah madzhabnya.

#Tidak Bermadzhab: Medan Ulama, Bukan Jalan Awam

Tidak bermadzhab bukan berarti menolak madzhab atau menolak ulama. Yang dimaksud adalah tidak mengikat diri mutlak pada satu madzhab, tetapi berusaha mengambil pendapat yang menurutnya lebih kuat berdasarkan dalil. Jalan ini hanya layak ditempuh oleh ulama mujtahid.

Ibnu Taimiyah menegaskan:

لا يجوز لأحد أن يقلد شخصا بعينه في كل ما يقوله إلا رسول الله ﷺ

Tidak boleh seorang pun taklid kepada pribadi tertentu dalam seluruh ucapannya kecuali kepada Rasulullah.⁴

Beliau juga memperingatkan:

ومن نصب شخصا كائنا من كان فوالى وعادى على موافقته في القول والفعل فهو من الذين فرقوا دينهم وكانوا شيعا

Dan barangsiapa yang mengangkat seseorang - siapa pun dia - lalu ia memberikan loyalitas (wala’) dan permusuhan (‘ada’) atas kesesuaian orang itu dalam ucapan dan perbuatan, maka dia termasuk golongan orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan menjadi berkelompok-kelompok.⁵

Ini peringatan keras agar tidak menjadikan selain Rasulullah sebagai tolak ukur kebenaran, sampai-sampai mencintai atau membenci hanya karena mengikuti tokoh tertentu, bukan karena Allah, Rasul-Nya, atau kebenaran itu sendiri.

#Orang Awam Mengikuti Ulama Tanpa Terikat Madzhab

Jika orang awam tidak mengikat diri pada satu madzhab tetapi mengikuti ulama mujtahid yang tidak terikat madzhab tertentu, itu juga tetap sah sebagai ittiba’ yang dibenarkan. Yang penting, ia bertanya kepada ulama yang ia percaya keilmuan dan agamanya.

Ibnu Taimiyah menjelaskan:

العامة لا يجب عليهم التزام مذهب معين بل يسألون من يصلح للفتيا

Orang awam tidak wajib bermadzhab dengan madzhab tertentu, tetapi wajib baginya bertanya kepada ulama yang dia percaya agamanya dan keilmuannya.⁶

Al-‘Allamah Asy-Syinqithi berkata:

العامي إذا قلد عالما فهو المأمور به شرعا

Orang awam yang mengikuti fatwa seorang alim, maka itu termasuk taqlid yang diperintahkan baginya.⁷

#Kesimpulan

Bagi orang awam boleh baginya mengikuti ulama madzhab karena hal itu adalah bentuk dia bertanya kepada ahlu dzikri, sebagaimana firman Allah:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada ahlu dzikri jika kalian tidak mengetahui. (QS. An-Nahl: 43)

Begitu pula orang awam boleh mengikuti ulama yang tidak terikat madzhab tertentu selama dia benar-benar bertanya kepada ahlinya. Maka jangan sampai masalah ini menjadi sebab saling mencela atau memecah-belah umat. Hendaknya kita saling menasihati dengan adab, menjaga persatuan, dan memelihara ukhuwah Islamiyah.

Oleh: Al-Ustadz Sabri bin Mahdan, Lc. Hafizahullah

------------

Footnote:

1. Lisan al-‘Arab

2. Lihat Mu'jam lughotil fuqoha' (419)

3. Al-Muwafaqat

4. Majmu’ al-Fatawa

5. Majmu’ al-Fatawa

6. Majmu’ al-Fatawa

7. Adhwa’ al-Bayan

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Apa Saja (Ryzen Store), Jasa Pembuatan Barcode BBM, Jasa Pembuatan NPWP, Jasa Pembuatan Aplikasi Raport, Service Laptop, Melayani Se-Nusantara Indonesia. (Hub. via E-mail: erfanagusekd@gmail.com)

Posting Komentar untuk "Antara Bermadzhab dan Tidak Bermadzhab - Ustadz Sabri Bin Mahdan"