Hukum Shalat Jum'at Bagi Musafir Menurut Al Qur'an dan Sunnah
Tempo hari,
menjelang berbuka, saya sempat chatting dengan seorang ikhwah, yang di
antaranya membahas masalah dalam judul di atas. Dikarenakan sikon yang kurang
memungkinkan memberikan rincian, maka dalam pembicaraan tersebut saya hanya
sebutkan hal-hal yang ringkas saja. Melalui artikel ini, saya akan sedikit
berikan rincian mengenai hal itu dengan harapan dapat menjadi ‘tambal’ apa yang
telah terlewat dalam pembicaraan tersebut.
Ad-Daaruquthniy
rahimahullah berkata:
ุญุฏุซูุง ุฃุจู ุจูุฑ ุงูุดุงูุนู ุซูุง ุฅุณู
ุงุนูู ุจู ุงููุถู ุซูุง ุงูููุงุฑูุฑู
ุซูุง ุฃุจู ุจูุฑ ุงูุญููู ุนู ุนุจุฏ ุงููู ุจู ูุงูุน ุนู ุฃุจูู ุนู ุงุจู ุนู
ุฑ ุนู ุงููุจู ุตูู ุงููู
ุนููู ูุณูู
ูุงู ููุณ ุนูู ุงูู
ุณุงูุฑ ุฌู
ุนุฉ
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr Asy-Syaafi’iy: Telah menceritakan kepada kami
Ismaa’iil bin Al-Fadhl: Telah menceritakan kepada kami Al-Qawaariiriy: Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr Al-Hanafiy, dari ‘Abdullah bin Naafi’, dari
ayahnya, dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam, beliau
bersabda: “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at bagi musafir” (As-Sunan, no. 1582).
Ismaa’iil bin
Al-Fadhl mempunyai muttabi’ dari Ahmad bin Yahyaa Al-Hulwaaniy sebagaimana
diriwayatkan juga oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath 1/249 no. 818.
Hadits ini
sangat lemah, dikarenakan ‘Abdullah bin Naafi’, seorang yang matruuk.(1)
Al-Baihaqiy
rahimahullah menyatakan bahwa yang shahih (mahfuudh) dari riwayat ini adalah
mauquf:
ูุฃุฎุจุฑูุง ุฃุจู ุญุงุฒู
ุงูุญุงูุธ ุซูุง ุฃุจู ุฃุญู
ุฏ ุงูุญุงูุธ ุฃูุจุฃ ุฃุจู
ูุนููุจ ุฅุณุญุงู ุจู ุฃููุจ ุงููููู ุจูุงุณุท ุซูุง ุฃุญู
ุฏ ุจู ุณุนุฏ ุงูุฒูุฑู ุซูุง ูุญูู ุจู ุณููู
ุงู
ุงูุฌุนูู ุซูุง ุจู ููุจ ุฃุฎุจุฑูู ุนู
ุฑู ุจู ุงูุญุงุฑุซ ุญุฏุซูู ุนุจูุฏ ุงููู ุจู ุนู
ุฑ ุนู ูุงูุน ุนู ุจู
ุนู
ุฑ ูุงู ูุง ุฌู
ุนุฉ ุนูู ู
ุณุงูุฑ
Dan telah
mengkhabarkan kepada kami Abu Haazim Al-Haafidh: Telah menceritakan kepada kami
Abu Ahmad Al-Haafidh: Telah memberitakan Abu Ya’quub Ishaaq bin Ayyuub
Al-Faqiih di Waasith: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa’d Az-Zuhriy:
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sulaimaan Al-Ju’fiy: Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb: Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amru bin
Al-Haarits: Telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Naafi’,
dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at bagi musafir” (As-Sunan
Al-Kubraa, 3/184).
Diriwayatkan
pula oleh ‘Abdurrazzaaq (3/172 no. 5198) dari jalan ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari
Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.
Ada hadits lain dalam hal ini:
Ad-Daaruquthniy
rahimahullah berkata:
ุญุฏุซูุง ุนุจูุฏ ุงููู ุจู ุนุจุฏ ุงูุตู
ุฏ ุจู ุงูู
ูุชุฏู ุจุงููู ุซูุง ูุญูู ุจู
ูุงูุน ุจู ุฎุงูุฏ ุจู
ุตุฑ ุซูุง ุณุนูุฏ ุจู ุฃุจู ู
ุฑูู
ุซูุง ุงุจู ูููุนุฉ ุญุฏุซูู ู
ุนุงุฐ ุจู ู
ุญู
ุฏ
ุงูุฃูุตุงุฑู ุนู ุฃุจู ุงูุฒุจูุฑ ุนู ุฌุงุจุฑ ุฃู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูุงู: ู
ู ูุงู ูุคู
ู
ุจุงููู ูุงูููู
ุงูุขุฎุฑ ูุนููู ุงูุฌู
ุนุฉ ููู
ุงูุฌู
ุนุฉ ุฅูุง ู
ุฑูุถ ุฃู ู
ุณุงูุฑ ุฃู ุงู
ุฑุฃุฉ ุฃู ุตุจู ุฃู
ู
ู
ููู ูู
ู ุงุณุชุบูู ุจููู ุฃู ุชุฌุงุฑุฉ ุงุณุชุบูู ุงููู ุนูู ูุงููู ุบูู ุญู
ูุฏ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdish-Shamad Al-Muhtadiy billah:
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Naafi’ bin Khaalid di Mesir: Telah
menceritakan kepada kami Sa’iid bin Abi Maryam: Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Lahii’ah: Telah menceritakan kepadaku Mu’aadz bin Muhammad Al-Anshaariy,
dari Abuz-Zuabir, dari Jaabir: Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
wajib baginya mengerjakan shalat Jum’at pada hari Jum’at, kecuali: orang yang
sakit, musafir, wanita, anak-anak, dari budak. Barangsiapa yang mencukupkan
diri dengan kesia-siaan atau perdagangan, maka Allah akan merasa cukup darinya,
dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (As-Sunan, no. 1576, dan dari jalannya
Ibnul-Jauziy dalam At-Tahqiiq, 1/501 no. 788).
Sa’iid bin
Abi Maryam mempunyai muttabi’ dari Kaamil bin Thalhah Al-Jahdariy, seorang yang
shaduuq, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil dan dari
jalannya Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 3/184.
Riwayat ini
lemah, atau bahkan mungkin sangat lemah. Ibnu Lahii’ah, seorang yang lemah dari
sektor hapalannya setelah kitab-kitabnya terbakar (At-Taqriib, hal. 538 no.
3587). Mu’aadz bin Muhammad seorang perawi munkarul-hadiits,(2) sebagaimana
dikatakan Ibnu ‘Adiy (Al-Kaamil no. 1912). Adapun Al-Uqailiy berkata: “Dalam
haditsnya ada wahm” (Adl-Dlu’afaa’, hal. 1348 no. 1787).
Jaabir mempunyai
syaahid antara lain dari:
1. Tamiim Ad-Daariy radliyallaahu
‘anhu.
Al-Baihaqiy
rahimahullah berkata:
ุฃุฎุจุฑูุง ุนูู ุจู ุฃุญู
ุฏ ุจู ุนุจุฏุงู ุฃูุจุฃ ุฃุญู
ุฏ ุจู ุนุจูุฏ ุงูุตูุงุฑ ุซูุง
ุนูู ุจู ุงูุญุณู ุจู ุจูุงู ุซูุง ุณุนูุฏ ุจู ุณููู
ุงู ุซูุง ู
ุญู
ุฏ ุจู ุทูุญุฉ ุจู ู
ุตุฑู ุญ ูุฃุฎุจุฑูุง ุฃุจู
ุญุงุฒู
ุงูุญุงูุธ ุฃูุจุฃ ุฃุจู ุฃุญู
ุฏ ุงูุญุงูุธ ูุนูู ุงูููุณุงุจูุฑู ุฃูุจุฃ ุฃุจู ุฃุญู
ุฏ ู
ุญู
ุฏ ุจู ุณููู
ุงู
ุจู ูุงุฑุณ ุซูุง ู
ุญู
ุฏ ูุนูู ุจู ุฅุณู
ุงุนูู ุงูุจุฎุงุฑู ุญุฏุซูู ุฅุณู
ุงุนูู ุจู ุฃุจุงู ุซูุง ู
ุญู
ุฏ ุจู ุทูุญุฉ
ุนู ุงูุญูู
ุจู ุนู
ุฑู ุนู ุถุฑุงุฑ ุจู ุนู
ุฑู ุนู ุฃุจู ุนุจุฏ ุงููู ุงูุดุงู
ู ุนู ุชู
ูู
ุงูุฏุงุฑู ุนู ุงููุจู
ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูุงู ุงูุฌู
ุนุฉ ูุงุฌุจุฉ ุฅูุง ุนูู ุตุจู ุฃู ู
ู
ููู ุฃู ู
ุณุงูุฑ ููู ุฑูุงูุฉ ุจู
ุนุจุฏุงู ุฅู ุงูุฌู
ุนุฉ ูุงุฌุจุฉ ุฅูุง ุนูู ุตุจู ุฃู ู
ู
ููู ุฃู ู
ุณุงูุฑ
Telah mengkhabarkan
kepada kami ‘Aliy bin Ahmad bin ‘Abdaan: Telah memberitakan Ahmad bin ‘Ubaid
Ash-Shaffaar: Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Al-Hasan bin Bayaan:
Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Sulaimaan: Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Thalhah bin Musharrif (ุญ).
Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu Haazim Al-Haafidh: Telah memberitakan
Abu Ahmad Al-Haafidh An-Naisaabuuriy: Telah memberitakan Abu Ahmad Muhammad bin
Sulaimaan bin Faaris: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaa’iil
Al-Bukhaariy: Telah menceritakan kepadaku Ismaa’iil bin Abaan: Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Thalhah, dari Al-Hakam bin ‘Amru, dari
Dliraar bin ‘Amru, dari Abu ‘Abdillah Asy-Syaamiy, dari Tamiim Ad-Daariy, dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Shalat Jum’at itu wajib
kecuali bagi anak-anak, budak, atau musafir”. Dan dalam riwayat Ibnu ‘Abdaan:
“Sesungguhnya shalat Jum’at itu wajib kecuali bagi anak-anak, budak, dan
musafir” (As-Sunan Al-Kubraa, 3/183-184).
Diriwayatkan
pula oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kubraa 2/51-52 no. 1257 dan Al-‘Uqailiy
dalam Adl-Dlu’afaa’ hal. 609 no. 765 dari jalan Muhammad bin Thalhah yang
selanjutnya seperti hadits di atas.
Sanad hadits
ini sangat lemah. Abu ‘Abdillah Asy-Syaamiy namanya Syahr bin Hausyab adalah
perawi lemah (Tahriirut-Taqriib, 2/122 no. 2830). Dliraar bin ‘Amru
Al-Malathiy, (Mishbaahul-Ariib, 2/105 no. 12603) dan Al-Hakam bin ‘Amru
Ar-Ru’ainiy (idem, 1/389 no. 8165 – lihat juga ta’liq Hamdiy As-Salafiy dalam
Al-Kabiir), adalah dua orang perawi yang sangat lemah.
Abu Zur’ah
berkata tentang hadits ini: “Hadits munkar” (Al-‘Ilal oleh Ibnu Abi Haatim
1/212).
2. Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu.
Ath-Thabaraaniy
rahimahulah berkata:
ุญุฏุซูุง ุฃุญู
ุฏ ุจู ู
ุญู
ุฏ ุจู ุงูุญุฌุงุฌ ุจู ุฑุดุฏูู ุจู ุณุนุฏ ุงูู
ุตุฑู ูุงู
ุญุฏุซูุง ุฅุจุฑุงููู
ุจู ุญู
ุงุฏ ุจู ุฃุจู ุญุงุฒู
ุงูู
ุฏููู ูุงู ุญุฏุซูุง ู
ุงูู ุจู ุฃูุณ ุนู ุฃุจู ุงูุฒูุงุฏ
ุนู ุงูุฃุนุฑุฌ ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ ูุงู ูุงู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุฎู
ุณุฉ ูุง ุฌู
ุนุฉ ุนูููู
ุงูู
ุฑุฃุฉ ูุงูู
ุณุงูุฑ ูุงูุนุจุฏ ูุงูุตุจู ูุฃูู ุงูุจุงุฏูุฉ ูู
ูุฑู ูุฐุง ุงูุญุฏูุซ ุนู ู
ุงูู ุฅูุง
ุฅุจุฑุงููู
ุจู ุญู
ุงุฏ ุจู ุฃุจู ุญุงุฒู
Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaaj bin Risydiin bin
Sa’d Al-Mishriy, ia berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Ibraahiim bin
Hammaad bin Abi Haazim Al-Madiiniy, ia berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami
Maalik bin Anas, dari Abuz-Zinaad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Ada lima golongan
yang tidak diwajibkan shalat Jum’at atas mereka: wanita, musafir, budak, anak-anak,
dan penduduk padang pasir”. Ath-Thabaraaniy berkata: “Tidak ada yang
meriwayatkan hadits ini dari Maalik kecuali Ibraahiim bin Hammaad bin Abi
Haazim” (Al-Ausath, no. 204).
Hadits ini
lemah karena Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaaj (Irsyaadul-Qaadliy, hal. 155-156
no. 172) dan Ibraahiim bin Hammaad (Mishbaahul-Ariib, 1/28 no. 283) adalah dua
orang perawi lemah.
Al-Albaaniy
mengatakan tentang hadits ini: “Sangat lemah” (Adl-Dla’iifah no. 3555).
Ada juga
hadits mursal Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah:
ุนَِู ุงุจِْู ุนََُْูููุฉَ ، ุนَْู ุนَู
ْุฑٍู ، ุนَِู ุงْูุญَุณَِู ،
َูุงَู: َูุงَู ุฑَุณُُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ: " َْููุณَ
ุนََูู ุงْูู
ُุณَุงِูุฑِ ุฌُู
ُุนَุฉٌ
Dari Ibnu
‘Uyainah, dari ‘Amru, dari Al-Hasan, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at bagi
musafir” (Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 5203).
Hadits ini
lemah karena mursal.
Kesimpulan:
Hadits perkecualian musafir dari orang-orang yang diwajibkan shalat Jum’at dari
sabda beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah lemah.
Akan tetapi
perkecualian musaafir dari orang-orang yang diwajibkan shalat Jum’at merupakan
ijmaa’ dari kalangan ulama sebagaimana dikatakan Ibnu Hubairah rahimahullah:
ูุงุชูููุง ุนูู ุฃู ุงูุฌู
ุนุฉ ูุง ุชุฌุจ ุนูู ุตุจู ููุง ุนุจุฏ ููุง ู
ุณุงูุฑ
ููุง ุงู
ุฑุฃุฉ، ุฅูุง ุฑูุงูุฉ ุนู ุฃุญู
ุฏ ูู ุงูุนุจุฏ ุฎุงุตุฉ
“Para ulama
telah sepakat bahwasannya shalat Jum’at tidak diwajibkan atas anak-anak,
hamba/budak, musafir, dan wanit; kecuali satu riwayat dari Ahmad tentang hamba
secara khusus” (Ikhtilaaful-‘Ulamaa’, 1/152).
Begitu juga
yang dikatakan Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah:
ูุฃู
ุง ูููู: (ููุณ ุนูู ู
ุณุงูุฑ ุฌู
ุนุฉ) ูุฅุฌู
ุงุน ูุง ุฎูุงู ููู
“Adapun sabda
beliau: ‘Tidak ada kewajiban shalat Jum’at atas musafir’, maka itu adalah ijma’
tanpa ada perselisihan padanya” (Al-Istidzkaar, 2/36).(3)
Hal itu
dikarenakan bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah sering
melakukan safar, akan tetapi tidak ternukil satupun riwayat yang menjelaskan
beliau menegakkan shalat Jum’at. Ibnul-Mundzir rahimahullah berkata:
ูู
ู
ุง ูุญุชุฌ ุจู ูู ุฅุณูุงุท ุงูุฌู
ุนุฉ ุนู ุงูู
ุณุงูุฑ ุฃู ุงููุจู ุตูู ุงููู
ุนููู ูุณูู
ูุฏ ู
ุฑّ ุจู ูู ุฃุณูุงุฑู ุฌُู
َุนٌ ูุง ู
ุญุงูุฉ، ููู
ูุจูุบูุง ุฃูู ุฌَู
َّุน ููู ู
ุณุงูุฑ،
ุจู ูุฏ ุซุจุช ุนูู ุฃูู ุตูู ุงูุธูุฑ ุจุนุฑูุฉ ููุงู ููู
ุงูุฌู
ุนุฉ، ูุฏّู ุฐูู ู
ู ูุนูู ุนูู ุฃู ูุง
ุฌู
ุนุฉ ุนูู ุงูู
ุณุงูุฑ
“Dan termasuk
dalil yang menunjukkan gugurnya kewajiban shalat Jum’at bagi musafir adalah
bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam safar-safarnya tentu
pernah melewati hari Jum’at. Akan tetapi tidak sampai pada kita beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Jum’at dalam keadaan safar.
Bahkan, telah shahih dari beliau mengerjakan shalat Dhuhur di ‘Arafah yang saat
itu bertepatan dengan hari Jum’at.(4) Maka, itu merupakan petunjuk dari
perbuatan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa tidak ada kewajiban shalat
Jum’at bagi musafir” (Al-Ausath, 4/20).
ุญุฏุซูุง ูููุน ุนู ุงูุนู
ุฑู ุนู ูุงูุน ุนู ุงุจู ุนู
ุฑ ุฃูู ูุงู ูุง ูุฌู
ุน
ูู ุงูุณูุฑ
Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari Al-‘Umariy, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar:
Bahwasannya ia tidak melaksanakan shalat Jum’at ketika safar (Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya hasan, namun shahih dengan riwayat mauquf
Al-Baihaqiy di awal).
ุนู ุงูุซูุฑู ุนู ู
ุบูุฑุฉ ุนู ุฅุจุฑุงููู
ูุงู ูุงููุง ูุง ูุฌู
ุนูู ูู ุณูุฑ
ููุง ูุตููู ุงูุง ุฑูุนุชูู
Dari
Ats-Tsauriy, dari Mughiirah, dari Ibraahiim, ia berkata: “Mereka tidak
mengerjakan shalat Jum’at ketika safar. Dan mereka tidaklah shalat kecuali dua
raka’at” (Diriwayatkan ‘Abdurrazzaaq 3/173-174 no. 5202; sanadnya shahih).
‘Mereka’ yang
dimaksud Ibraahiim An-Nakha’iy ini adalah beberapa tabi’in dan shahabat yang
semasa dengannya, karena ia sendiri termasuk tabi’iy kecil (thabaqah ke-5,
wafat tahun 196 H).
ุญุฏุซูุง ู
ุนุชู
ุฑ ุนู ุจุฑุฏ ุนู ู
ูุญูู ูุงู: ููุณ ุนูู ุงูู
ุณุงูุฑ ุฃุถุญู ููุง
ูุทุฑ ููุง ุฌู
ุนุฉ
Telah
meceritakan kepada kami Mu’tamir, dari Burd, dari Mak-huul, ia berkata: “Tidak
ada kewajiban bagi musafir shalat ‘Iedul-Adlhaa, shalat ‘Iedul-Fithri, dan
shalat Jum’at” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih).
ุญุฏุซูุง ุฃุจู ุฃุณุงู
ุฉ ุนู ุฃุจู ุงูุนู
ูุณ ุนู ุนูู ุจู ุงูุฃูู
ุฑ ูุงู: ุฎุฑุฌ
ู
ุณุฑูู ูุนุฑูุฉ ุจู ุงูู
ุบูุฑุฉ ูููุฑ ู
ู ุฃุตุญุงุจ ุนุจุฏ ุงููู ูุญุถุฑุช ุงูุฌู
ุนุฉ ููู
ูุฌู
ุนูุง ูุญุถุฑ
ุงููุทุฑ ููู
ููุทุฑูุง
Telah
menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari Abul-‘Umais, dari ‘Aliy bin
Al-Aqmar, ia berkata: “Masruuq, ‘Urwah, Al-Mughiirah, dan sejumlah orang dari
kalangan shahabat ‘Abdullah pernah keluar untuk safar. Tibalah hari Jum’at,
namun mereka tidak shalat Jum’at. Dan tiba pula hari ‘Iedul-Fithri, namun
mereka tidak shalat ‘Ied” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya
shahih).
ุญุฏุซูุง ุฃุจู ุงูุฃุญูุต ุนู ู
ุบูุฑุฉ ุนู ุฅุจุฑุงููู
ูุงู ูุงู ุฃุตุญุงุจูุง
ูุบุฒูู ููููู
ูู ุงูุณูุฉ ุฃู ูุญู ุฐูู ููุตุฑูู ุงูุตูุงุฉ ููุง ูุฌู
ุนูู
Telah
menceritakan kepada kami Abul-Ahwash, dari Mughiirah, dari Ibraahiim:
“Shahabat-shahabat kami pernah berperang selama kurang lebih setahun, dimana
mereka menqashar shalat namun tidak melakukan shalat Jum’at” (idem, sanadnya
shahih).
ุนู ู
ุนู
ุฑ ุนู ุจู ุทุงููุณ ุนู ุฃุจูู ูุงู ููุณ ุนูู ุงูู
ุณุงูุฑ ุฌู
ุนุฉ
Dari Ma’mar,
dari Ibnu Thaawus, dari ayahnya, ia berkata: “Tidak ada kewajiban shalat Jum’at
bagi musafir” (Diriwayatkan ‘Abdurrazzaq 3/172 no. 5197; sanadnya shahih).
Ijma’ ini
adalah bagi musafir yang tidak singgah di satu negeri/daerah dan tidak
terdengar adzan oleh mereka.(5) Seandainya mereka menegakkan sendiri shalat
Jum’at, maka shalatnya tidak sah menurut sebagian ulama, dan ia harus
mengulangi dengan melakukan shalat Dhuhur.
Akan tetapi
para ulama berbeda pendapat tentang musafir yang mendengar panggilan adzan
dalam satu negeri/daerah yang ia lewati.(6) Jumhur ulama berpendapat tidak
wajib menghadiri shalat Jum’at. Alasannya adalah sebagaimana di atas.
ุญุฏุซูุง ุนุจุฏ ุงูุฃุนูู ุนู ูููุณ ุนู ุงูุญุณู ุฃู ุฃูุณ ุจู ู
ุงูู ุฃูุงู
ุจููุณุงุจูุฑ ุณูุฉ ุฃู ุณูุชูู ููุงู ูุตูู ุฑูุนุชูู ุซู
ูุณูู
ููุง ูุฌู
ุน
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul-A’laa, dari Yuunus, dari Al-Hasan: Bahwasannya
Anas bin Maalik pernah berada di Naisaabuur selama setahun atau dua tahun. Ia
shalat dua raka’at kemudian salam, tanpa mengerjakan shalat Jum’at (Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya shahih).(7)
ุญุฏุซูุง ุนุจุฏ ุงูุฃุนูู ุนู ูููุณ ุนู ุงูุญุณู ุฃู ุนุจุฏ ุงูุฑุญู
ู ุจู ุณู
ุฑุฉ
ุดุชู ุจูุงุจู ุดุชูุฉ ุฃู ุดุชูุชูู ูุง ูุฌู
ุน ููุตูู ุฑูุนุชูู
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul-A’la, dari Yuunus, dari Al-Hasan: Bahwasannya
‘Abdurrahman bin Samurah pernah berada di negeri Kaabul (Afghanistan) pada
musim dingin selama semusim atau dua musim. Ia tidak melakukan shalat Jum’at,
dan ia shalat dua raka’at” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104; sanadnya
shahih).
ุญุฏุซูุง ุฒูุฏ ุจู ุญุจุงุจ ูุงู ุซูุง ุฑุฌุงุก ุจู ุฃุจู ุณูู
ุฉ ูุงู ุญุฏุซูู ุฃุจู
ุนุจูุฏ ู
ููู ุณููู
ุงู ุจู ุนุจุฏ ุงูู
ูู ูุงู: ุฎุฑุฌ ุนู
ุฑ ุจู ุนุจุฏ ุงูุนุฒูุฒ ู
ู ุฏุงุจู ููู ููู
ุฆุฐ ุฃู
ูุฑ
ุงูู
ุคู
ููู ูู
ุฑ ุจุญูุจ ููู
ุงูุฌู
ุนุฉ ููุงู ูุฃู
ูุฑูุง: ุฌู
ุน ูุฅูุง ุณูุฑ
Telah
menceritakan kepada kami Zaid bin Hubaab, ia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Rajaa’ bin Abi Salamah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Ubaid
maulaa Sulaimaan bin ‘Abdil-Malik, ia berkata: “’Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz pernah
keluar dalam safarnya dari Daabiq dimana saat itu ia menjabat sebagai
Amiirul-Mukminiin. Ia melewati negeri Halab pada hari Jum’at, lalu ia berkata
kepada amir negeri itu: “Shalat Jum’at lah, karena kami sedang safar (sehingga
tidak shalat bersama kalian)” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/105;
sanadnya shahih).(8)
Di antara
mereka (salaf) ada yang tetap mewajibkan menghadiri shalat Jum’at. Dalil mereka
adalah keumuman ayat:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู
َُููุง ุฅِุฐَุง ُููุฏَِู ِููุตَّูุงุฉِ
ู
ِْู َْููู
ِ ุงْูุฌُู
ُุนَุฉِ َูุงุณْุนَْูุง ุฅَِูู ุฐِْูุฑِ ุงَِّููู َูุฐَุฑُูุง ุงْูุจَْูุนَ
ุฐَُِููู
ْ ุฎَْูุฑٌ َُููู
ْ ุฅِْู ُْููุชُู
ْ ุชَุนَْูู
َُูู
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari
Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. Al-Jum’ah:
6).
Ayat ini
umum, tidak mengkhususkan bagi orang yang mukim saja.
ุนู ู
ุนู
ุฑ ุนู ุงูุฒูุฑู ูุงู ุณุฃูุชู ุนู ุงูู
ุณุงูุฑ ูู
ุฑ ุจูุฑูุฉ ูููุฒู
ูููุง ููู
ุงูุฌู
ุนุฉ ูุงู ุฅุฐุง ุณู
ุน ุงูุงุฐุงู ูููุดูุฏ ุงูุฌู
ุนุฉ
Dari Ma’mar,
dari Az-Zuhriy, ia berkata: Aku (Ma’mar) pernah bertanya kepadanya tentang
musafir yang melewati satu kampung/desa yang bertepatan dengan hari Jum’at,
maka ia menjawab: “Apabila ia mendengar adzan, hendaklah ia menghadiri shalat
Jum’at” (Diriwayatkan oleh ‘Abdurazzaaq 3/174 no. 5205; sanadnya shahih).
Catatan:
Pendapat Az-Zuhriy ini juga dilatarbelakangi pengetahuannya bahwa para shahabat
dan tabi’in ketika berada di Dzul-Hulaifah menghadiri shalat Jum’at.(9)
ุญุฏุซูุง ุฃุจู ุฎุงูุฏ ุงูุฃุญู
ุฑ ุนู ุนุจุฏ ุงููู ุจู ูุฒูุฏ ุนู ุณุนูุฏ ุจู
ุงูู
ุณูุจ ูุงู: ุณุฃูุชู ุนูู ู
ู ุชุฌุจ ุงูุฌู
ุนุฉ ؟ ููุงู: ุนูู ู
ู ุณู
ุน ุงููุฏุงุก
Telah
menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari ‘Abdullah bin Yaziid, dari
Sa’iid bin Al-Musayyib, ia berkata: Aku (‘Abdullah bin Yaziid) pernah bertanya
kepadanya tentang orang yang diwajibkan shalat Jum’at, lalu ia menjawab: “Wajib
bagi siapa saja yang mendengar adzan” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah,
2/102; sanadnya shahih).
ุญุฏุซูุง ูููุน ุนู ุฏุงูุฏ ุจู ููุณ ุงููุฑุงุก ูุงู: ุณู
ุนุช ุนู
ุฑู ุจู ุดุนูุจ
ููู ูู: ูุง ุฃุจุง ุฅุจุฑุงููู
ุนูู ู
ู ูุฌุจ ุงูุฌู
ุนุฉ ؟ ูุงู: ุนูู ู
ู ุณู
ุน ุงูุตูุช
Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari Daawud bin Qais Al-Farraa’, ia berkata:
Aku pernah mendengar ‘Amru bin Qais, dikatakan kepadanya: “Wahai Abu Ibraahiim,
siapa saja yang diwajibkan shalat Jum’at ?”. Ia berkata: “Diwajibkan bagi siapa
saja yang mendengar suara adzan” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/104;
sanadnya shahih).
Pendapat
inilah yang nampak dikuatkan oleh Shiddiiq Hasan Khaan rahimahullah, dimana ia
berkata:
ูุงูุบุงูุจ ุฃู ุงูู
ุณุงูุฑ ูุง ูุณู
ุน ุงููุฏุงุก، ููุฏ ูุฑุฏ ุฃู ุงูุฌู
ุนุฉ ุนูู
ู
ู ุณู
ุน ุงููุฏุงุก، ูู
ุง ูู ุญุฏูุซ ุงุจู ุนู
ุฑ ุนูุฏ ุฃุจู ุฏุงูุฏ
“Dan
ghalib-nya, musafir itu tidak mendengar adzan. Dan telah ada riwayat
bahwasannya shalat Jum’at itu wajib bagi orang yang mendengar adzan,
sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu ‘Umar sebagaimana diriwayatkan Abu
Dawud” (Ar-Raudlatun-Nadiyyah, 1/362).
Riwayat Ibnu
‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa dalam Sunan Abi Daawud yang dimaksudkan oleh
Shiddiiq Hasan Khaan adalah:
ุญุฏุซูุง ู
ุญู
ุฏ ุจู ูุญูู ุจู ูุงุฑุณ، ุซูุง ูุจูุตุฉ، ุซูุง ุณููุงู، ุนู ู
ุญู
ุฏ
ุจู ุณุนูุฏ ูุนูู ุงูุทุงุฆูู ุนู ุฃุจู ุณูู
ุฉ ุจู ูุจูู، ุนู ุนุจุฏ ุงّููู ุจู ูุงุฑูู، ุนู ุนุจุฏ ุงّููู
ุจู ุนู
ุฑู، ุนู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูุงู: "ุงูุฌู
ุนุฉ ุนูู ูู ู
ู ุณู
ุน ุงููุฏุงุก".
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahyaa bin Faaris: Telah menceritakan
kepada kami Qabiishah: Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Muhammad
bin Sa’iid Ath-Thaaifiy, dari Abu Salamah bin Nabiih, dari ‘Abdullah bin Haarun,
dari ‘Abdulah bin ‘Amru, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda: “Shalat Jum’at wajib bagi siapa saja yang mendengar adzan” (Diriwayatkan
oleh Abu Daawud no. 1056; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Irwaaul-Ghaliil
3/58-60 no. 594).
Yang raajih,
shalat Jum’at wajib dihadiri oleh musafir jika ia mendengar seruan adzan,
karena tidak ada dalil yang memalingkankannya dari keumumannya.(10) Baik seruan
adzan itu berasal dari perkotaan ataupun pedesaan.
ุญุฏุซูุง ุนุจุฏ ุงููู ุจู ุฅุฏุฑูุณ ุนู ุดุนุจุฉ ุนู ุนุทุงุก ุจู ุฃุจู ู
ูู
ููุฉ ุนู
ุฃุจู ุฑุงูุน ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ ุฃููู
ูุชุจูุง ุฅูู ุนู
ุฑ ูุณุฃูููู ุนู ุงูุฌู
ุนุฉ ููุชุจ ุฌู
ุนูุง ุญูุซ ููุชู
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Idriis, dari Syu’bah, dari ‘Athaa’ bin
Abi Maimuun, dari Abu Raafi’, dari Abu Hurairah: Bahwasannya para shahabat
menulis surat kepada ‘Umar (bin Al-Khaththaab) bertanya kepadanya tentang
shalat Jum’at. Lalu ‘Umar menulis balasan: “Shalat Jum’atlah dimana saja kalian
berada” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/101; sanadnya shahih).
Adapun
pendalilan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak pernah
menegakkan shalat Jum'at dalam safarnya, maka itu dikarenakan jama'ah adalah
bersama beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada seruan adzan yang
berkumandang kecuali seruan adzan yang dikumandangkan oleh para shahabat yang
bersama beliau. Seandainya dikatakan musafir tetap tidak diwajibkan menghadiri
shalat Jum’at (jika ia mendengar panggilan adzan di suatu daerah/negeri yang ia
lewati/singgahi), maka itu tidak menafikkan disyari’atkannya menghadiri shalat
Jum’at bagi musafir dan ke-afdlal-annya. Itulah yang dilakukan oleh sebagian
shahabat.(11)
Wallaahu
a’lam bish-shawwaab.
Ini saja yang
dapat dituliskan secara singkat, semoga ada manfaatnya bagi Penulis dan Pembaca
sekalian.
Oleh: Abul Jauzaa' Dony Arif Wibowo
Footnote:
(1) Ibnu Hajar rahimahullah hanya
menghukumi dla’iif saja (At-Taqriib, hal. 552 no. 3685). Penilaian ini kurang
tepat, sebab banyak muhaddits menghukuminya dengan pelemahan yang syadiid. Misalnya: Abu
Haatim berkata: “Munkarul-hadits”. Al-Bukhaariy berkata: “Munkarul-hadiits”.
An-Nasaa’iy berkata: “Matruukul-hadiits”. Di lain tempat ia berkata: “Tidak
tsiqah”. Ad-Daaruquthniy berkata: “Matruk”. Abu Ahmad Al-Haakim berkata:
“Munkarul-hadiits” (lihat selengkapnya dalam: Tahdzibut-Tahdziib, 6/53-54 no.
101).
(2) Ibnu
Hajar dalam At-Taqriib (hal. 952 no. 6786) mengatakan: ‘maqbuul’, dan kemudian
dikoreki oleh Al-Arna’uth dan Basyaar ‘Awwaad dengan: ‘shaduuq hasanul-hadiits’
(Tahriirut-Taqriib, 3/390 no. 6739).
Penghukuman
keduanya perlu ditinjau kembali, karena mereka hanya mengantungkan tautsiq Ibnu
Hibbaan dan periwayatan beberapa orang tsiqaat darinya, tanpa memasukkan jarh
Ibnu ‘Adiy dan Al-‘Uqailiy di atas.
(3) Lihat di
sini.
(4) Inilah
yang dinukil dan dipahami oleh banyak ulama. Akan tetapi Ibnu Hazm rahimahullah
mempunyai pemahaman lain dimana ia mengatakan bahwa yang dilakukan Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam di ‘Arafah adalah shalat Jum’at:
َููุงَ ุฎِูุงََู ِْูู ุฃََُّูู ุนََِْููู ุงูุณَّูุงَู
ُ ุฎَุทَุจَ َู
ุตََّูู ุฑَْูุนَุชَِْูู َู َูุฐِِู ุตَِูุฉُ ุตَูุงَุฉِ ุงْูุฌُู
ُุนَุฉِ
“Dan tidak
ada perselisihan bahwasannya beliau ‘alaihis-salaam berkhutbah dan shalat dua
raka’at. Dan inilah sifat shalat Jum’at” (Al-Muhallaa, 5/50).
Namun
pendapat Ibnu Hazm rahimahullah ini tidak benar.
(5) Inilah
tahqiq yang mesti kita perhatikan. Termasuk dalam memahami perkataan beberapa
ulama, semisal perkataan Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata:
ูุฃู
ุง ุงูู
ุณุงูุฑ ูุฃูุซุฑ ุฃูู ุงูุนูู
ูุฑูู ุฃูู ูุง ุฌู
ุนุฉ ุนููู ูุฐูู
ูุงูู ู
ุงูู ูู ุฃูู ุงูู
ุฏููุฉ ูุงูุซูุฑู ูู ุงูุนุฑุงู ูุงูุดุงูุนู ูุฅุณุญุงู ูุฃุจู ุซูุฑ ูุฑูู ุฐูู ุนู
ุนุทุงุก ูุนู
ุฑ ุจู ุนุจุฏ ุงูุนุฒูุฒ ูุงูุญุณู ูุงูุดุนุจู ูุญูู ุนู ุงูุฒูุฑู ูุงููุฎุนู ุฃููุง ุชุฌุจ ุนููู ูุงู
ุงูุฌู
ุงุนุฉ ุชุฌุจ ุนููู ูุงูุฌู
ุนุฉ ุฃููู ูููุง ุฃู ุงููุจู ุนููู ุงูุตูุงุฉ ูุงูุณูุงู
ูุงู ูุณุงูุฑ ููุง
ูุตูู ุงูุฌู
ุนุฉ ูู ุณูุฑู ููุงู ูู ุญุฌุฉ ุงููุฏุงุน ุจุนุฑูุฉ ููู
ุงูุฌู
ุนุฉ ูุตูู ุงูุธูุฑ ูุฌู
ุน ุจูููุง
ููู
ูุตู ุฌู
ุนุฉ ูุงูุฎููุงุก ุงูุฑุงุดุฏูู ุฑุถู ุงููู ุนููู
ูุงููุง ูุณุงูุฑูู ููุญุฌ ูุบูุฑู ููู
ูุตู
ุฃุญุฏ ู
ููู
ุงูุฌู
ุนุฉ ูู ุณูุฑู ููุฐูู ุบูุฑูู
ู
ู ุฃุตุญุงุจ ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูู
ู
ุจุนุฏูู
“Adapun musafir,
kebanyakan ulama berpendapat tidak adanya kewajiban shalat Jum’at baginya.
Begitulah yang dikatakan Maalik dari kalangan penduduk Madinah, Ats-Tsauriy
dari kalangan penduduk ‘Iraaq, Asy-Syaafi’iy, Ishaaq, dan Abu Tsaur. Dan
diriwayatkan hal tersebut dari ‘Athaa’, ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz, Al-Hasan, dan
Asy-Sya’by. Dan dihikayatkan dari Az-Zuhriy dan An-Nakha’iy bahwasannya shalat
Jum’at itu wajib bagi musafir karena shalat jama’ah itu wajib baginya sehingga
qiyas aula-nya shalat Jum’at lebih pantas untuk diwajibkan. Adapun dalil kami
adalah bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa salam biasa melakukan safar,
namun beliau tidak melakukan halat Jum’at dalam safarnya itu. Dan ketika dalam
haji wada’ di ‘Arafah pada hari Jum’at, beliau shalat Dhuhur dan menjamaknya,
tanpa melakukan shalat Jum’at. Hal yang sama dengan Al-Khulafaaur-Raasyidiin
radliyallaahu ‘anhum dimana mereka biasa bersafar untuk haji dan selainnya
tanpa ada seorang pun dari mereka melakukan shalat Jum’at dalam safarnya.
Begitu pula dengan shahabat-shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
lainnya dan orang-orang setelah mereka....” (Al-Mughniy, 3/216).
Yang
diriwayatkan dari sebagian salaf yang mewajibkan shalat bagi musafir adalah
bagi mereka yang mendengarkan panggilan adzan.
(6) Baca: http://www.taimiah.org/index.aspx?function=item&id=956&node=4856 (link diambil saat masih aktif)
At-Tirmidziy
rahimahullah berkata:
ูุงุฎุชูู ุฃูู ุงูุนูู
ุนูู ู
ู ุชุฌุจ ุนููู ุงูุฌู
ุนุฉ، ููุงู ุจุนุถูู
: ุชุฌุจ
ุงูุฌู
ุนุฉ ุนูู ู
ู ุขูุงู ุงูููู ุฅูู ู
ูุฒูู. ููุงู ุจุนุถูู
: ูุง ุชุฌุจ ุงูุฌู
ุนุฉ ุฅูุง ุนูู ู
ู ุณู
ุน
ุงููุฏุงุก، ููู ููู ุงูุดุงูุนู ูุฃุญู
ุฏ ูุฅุณุญุงู.
ุณู
ุนุช ุฃุญู
ุฏ ุจู ุงูุญุณู ูููู: ููุง ุนูุฏ ุฃุญู
ุฏ ุจู ุญูุจู ูุฐูุฑูุง ุนูู
ู
ู ุชุฌุจ ุงูุฌู
ุนุฉ، ููู
ูุฐูุฑ ุฃุญู
ุฏ ููู ุนู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุดูุฆุง: ูุงู ุฃุญู
ุฏ ุจู
ุงูุญุณู: ูููุช ูุฃุญู
ุฏ ุจู ุญูุจู: ููู ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ ุนู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
، ูุงู
ุฃุญู
ุฏ ุจู ุญูุจู: ุนู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
؟ ููุช: ูุนู
.
ุญุฏุซูุง ุงูุญุฌุงุฌ ุจู ูุตูุฑ ุฃุฎุจุฑูุง ู
ุนุงุฑู ุจู ุนุจุงุฏ ุนู ุนุจุฏ ุงููู ุจู
ุณุนูุฏ ุงูู
ูุจุฑู ุนู ุฃุจูู ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ ุนู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูุงู: "ุงูุฌู
ุนุฉ
ุนูู ู
ู ุขูุงู ุงูููู ุฅูู ุฃููู" ูุบุถุจ ุนูู ุฃุญู
ุฏ، ููุงู: ุงุณุชุบูุฑ ุฑุจู ุงุณุชุบูุฑ ุฑุจู.
ูุฅูู
ุง ูุนู ุจู ุฃุญู
ุฏ ุจู ุญูุจู ูุฐุง ูุฃูู ูู
ูุนุฏ ูุฐุง ุงูุญุฏูุซ ุดูุฆุง ูุถุนูู ูุญุงู ุฅุณูุงุฏ.
“Para ulama
berbeda pendapat tentang orang yang diwajibkan padanya shalat Jum’at. Sebagian
mereka berkata: ‘Shalat Jum’at diwajibkan bagi orang yang dapat bermalam dengan
keluarganya’. Sebagian yang lain berkata: ‘Shalat Jum’at tidak diwajibkan
kecuali bagi orang yang mendengar panggilan adzan’. Ia adalah pendapat
Asy-Syaafi’iy, Ahmad, dan Ishaaq.
Aku mendengar
Ahmad bin Al-Hasan berkata: ‘Kami pernah berada di sisi Ahmad bin Hanbal, lalu
mereka membicarakan tentang siapa saja yang diwajibkan shalat Jum’at. Ahmad
tidak menyebutkan satu pun hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam’.
Ahmad bin Al-Hasan berkata: Aku berkata kepada Ahmad bin Hanbal: ‘Dalam
permasalahan itu ada hadits dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam’. Lalu Ahmad bin Hanbal mengomentari: ‘Dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam ?’. Aku berkata: ‘Benar’. (Lalu Ahmad bin Al-Hasan menyebutkan
hadits): Telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaaj bin Nushair: Telah
mengkhabarkan kepada kami Mu’aarik bin ‘Abbaad, dari ‘Abdullah bin Sa’iid
Al-Maqburiy, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda: ‘Shalat Jum’at diwajibkan bagi orang yang dapat
bermalam dengan keluarganya’. Maka, Ahmad marah kepadaku, dan berkata: ‘Minta
ampunlah kepada Rabbmu, minta ampunlah kepada Rabbmu’.
Ahmad bin
Hanbal melakukan hal tersebut hanyalah karena ia tidak menganggap hadits ini
sedikitpun dikarenakan kelemahan sanadnya” (lihat: Sunan At-Tirmidziy, 1/511-512).
(7) Sebagian
orang membawakan atsar Anas ini sebagai dalil bahwasannya ia (Anas) menafikkan
shalat Jum’at bagi musafir secara mutlak. Menurut saya ini tidak benar dengan
alasan riwayat berikut:
Al-Bukhaariy
rahimahullah berkata:
ููุงู ุฃูุณ ุฑุถู ุงููู ุนูู ูู ูุตุฑู، ุฃุญูุงูุง ูุฌู
ุน ูุฃุญูุงูุง ูุง
ูุฌู
ุน، ููู ุจุงูุฒุงููุฉ ุนูู ูุฑุณุฎูู
“Adalah Anas
radliyallaahu ‘anhu di tempat tinggalnya, kadangkala melaksanakan shalat Jum’at
(di Bashrah), kadangkala tidak, dimana tempat tinggalnya itu ada di daerah
Zaawiyyah yang berjarak dua farsakh (dari Bashrah)” (Shahih Al-Bukhaariy,
melalui Fathul-Baariy 3/43 – disambungkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/102).
Di sisi lain,
Anas sendiri meriwayatkan bahwasannya ia pernah mengqashar shalat bersama Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Dzul-Hulaifah.
ุญุฏุซูุง ุฃุจู ูุนูู
ูุงู: ุญุฏุซูุง ุณููุงู، ุนู ู
ุญู
ุฏ ุจู ุงูู
ููุฏุฑ
ูุฅุจุฑุงููู
ุจู ู
ูุณุฑุฉ، ุนู ุฃูุณ ุฑุถู ุงููู ุนูู ูุงู: ุตููุช ุงูุธูุฑ ู
ุน ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู
ูุณูู
ุจุงูู
ุฏููุฉ ุฃุฑุจุนุง، ูุงูุนุตุฑ ุจุฐู ุงูุญูููุฉ ุฑูุนุชูู.
Telah
menceritakan kepada kami Abu Nu’aim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Sufyaan, dari Muhammad bin Al-Munkadir dan Ibraahiim bin Maisarah, dari Anas
radliyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah shalat Dhuhur bersama Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Madiinah empat raka’at, dan shalat ‘Ashar di
Dzul-Hulaifah dua raka’at” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1089).
Jarak antara
Madiinah dan Dzul-Hulaifah adalah dua farsakh (± 6 mil).
Begitu juga
dengan beberapa shahabat lain:
ุนู ูุดุงู
ุจู ุนุฑูุฉ ุนู ุนุงุฆุดุฉ ุจูุช ุณุนุฏ ุจู ุฃุจู ููุงุต ูุงูุช ูุงู ุฃุจู
ูููู ู
ู ุงูู
ุฏููุฉ ุนูู ุณุชุฉ ุฃู
ูุงู ุฃู ุซู
ุงููุฉ ููุงู ุฑุจู
ุง ูุดูุฏ ุงูุฌู
ุนุฉ ุจุงูู
ุฏููุฉ ูุฑุจู
ุง ูู
ูุดูุฏูุง
Dari Hisyaam
bin ‘Urwah, dari ‘Aaisyah bintu Sa’d bin Abi Waqaash, ia berkata: “Ayahku
tinggal di tempat yang berjarak enam atau delapan mil dari kota Madiinah.
Kadang ia menghadiri shalat Jum’at di Madinah, kadang tidak menghadiri” (Diriwayatkan
oleh ‘Abdurrazzaaq 3/163 no. 5157; sanadnya shahih).
(8) Akan
tetapi ada riwayat lain bahwa dalam kesempatan lain ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz
ikut menghadiri shalat Jum’at dalam safarnya.
ุนู ู
ุนู
ุฑ ุนู ุนุทุงุก ุงูุฎุฑุณุงูู ูุงู ูุฏู
ุนู
ุฑ ุจู ุนุจุฏ ุงูุนุฒูุฒ ู
ูุฉ ูู
ุญุฌ ุฃู ุนู
ุฑุฉ ูุฌู
ุน ุจูู
ููู ู
ุณุงูุฑ
Dari Ma’mar,
dari ‘Athaa’ Al-Khurasaaniy, ia berkata: “’Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz tiba di
Makkah ketika haji atau ‘umrah, lalu ia shalat Jum’at bersama mereka sedangkan
ia seorang musafir” (Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq no. 5148; sanadnya hasan
atau shahih).
Dua riwayat
yang ternukil dari ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz rahimahullah ini menunjukkan bahwa
shalat Jum’at tetap disyari’atkan bagi musafir bersama penduduk negeri yang dikunjunginya,
walau itu tidak wajib baginya.
(9) Misalnya
riwayat yang dibawakan Ibnu Abi Syaibah rahimahullah berikut:
ุญุฏุซูุง ุนุจุฏ ุงูุงุนูู ุนู ู
ุนู
ุฑ ุนู ุงูุฒูุฑู ุฃููู
ูุงููุง ูุดูุฏูู
ุงูุฌู
ุนุฉ ู
ุน ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ู
ู ุฐู ุงูุญูููุฉ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul-A’laa, dari Ma’mar, dari Az-Zuhriy: Bahwasannya
mereka (para shahabat) menghadiri shalat Jum’at besama Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam dari Dzul-Hulaifah (Al-Mushannaf, 2/103; sanadnya shahih).
ุญุฏุซูุง ูููุน ุนู ุฌุนูุฑ ุจู ุจุฑูุงู ูุงู ููุช ููุฒูุฑู ุนูู ู
ู ุชุฌุจ
ุงูุฌู
ุนุฉ ู
ู
ู ูุงู ูู ูุฑุจ ุงูู
ุฏููุฉ ูุงู ูุงู ุฃูู ุฐู ุงูุญูููุฉ ูุดูุฏูู ุงูุฌู
ุนุฉ
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari
Ja’far bin Burqaan, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Az-Zuhriy: “Kepada
siapa shalat Jum’at diwajibkan dari orang-orang yang berdekatan dengan Madinah?”.
Ia menjawab: “Dulu penduduk Dzul-Hulaifah menghadiri shalat Jum’at” (idem,
sanadnya shahih).
(10) Baca
juga fatwa Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah dengan pembahasan yang terkait.
(11) Lihat
catatan kaki no. 7.
Posting Komentar untuk "Hukum Shalat Jum'at Bagi Musafir Menurut Al Qur'an dan Sunnah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.