Siapakah Yang Paling Berhak Menjadi Imam Sholat Berjamaah? dan Apakah Sholatnya Sah jika di Imami oleh yang Bacaannya Tidak Bagus?
Tanya: Siapakah orang yang
paling berhak untuk menjadi imam shalat? Lalu bagaimana halnya jika kita
diimami oleh orang yang awam lagi tidak bagus bacaannya? Apakah shalat kita
batal?
Jawab: Yang paling berhak
menjadi imam shalat adalah orang yang paling bagus bacaan Al-Qur’annya(1), yang
mengetahui hukum-hukum shalat (2). Kalau kemampuannya setara, maka dipilih yang
paling dalam ilmu fiqhnya. Kalau ternyata kemampuannya juga setara, maka
dipilih yang paling dulu hijrahnya. Kalau ternyata dalam hijrahnya sama, maka
dipilih yang lebih dulu masuk Islam. Dasarnya adalah hadits Abu Mas’ud
Al-Anshari radliyallaahu ’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam telah bersabda:
“يؤم
القوم أقرؤهم لكتاب الله فإن كانوا في القراءة سواء فأعلمهم بالسنة، فإن كانوا في
السنة سواءً فأقدمهم هجرة، فإن كانوا في الهجرة سواءً فأقدمهم سلماً – وفي رواية -
سنّاً ولا يؤمّنَّ الرَّجلُ الرَّجلَ في سلطانه ولا يقعد في بيته على تكْرِمَتِه
إلا بإذنه“. وفي لفظ: “يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله وأقدمهم قراءة، فإن كانت
قراءتهم سواءً...“
“Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Al-Qur’annya (3). Kalau dalam Al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang Sunnah. Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah (4). Kalau dalam berhijrah sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam”. Dalam riwayat lain: “.... yang paling tua usianya”(5). Janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasannya, dan janganlah ia duduk di rumah orang lain di tempat duduk khusus/kehormatan untuk tuan rumah tersebut tanpa ijin darinya”.
Dan dalam lafadh yang
lain: “Satu kaum diimami oleh orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an di
antara mereka dan yang paling berpengalaman membacanya. Kalau bacaan mereka
sama.... (sama seperti lafadh sebelumnya). (6)
Yang paling utama adalah
mengamalkan sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam di
atas.
Adapun pertanyaan yang
Saudara sampaikan berkaitan dengan kondisi kurang bagusnya bacaan imam; jika yang
dimaksud sekedar bahwa seseorang atau beberapa orang yang lebih bagus dalam
bacaannya bermakmum di belakang imam yang kedudukannya di bawah mereka (dalam
hal bacaan tersebut), maka shalatnya tetap sah. Hal itu didasarkan oleh hadits
Al-Mughiirah bin Syu’bah radliyallaahu ’anhu bahwasannya Rasulullah
shallallaahu ’alaihi wasallam pernah sedikit terlambat dalam shalat berjama’ah
Shubuh yang ketika itu telah ditegakkan dengan imam ’Abdurrahman bin ’Auf
radliyallaahu ’anhu. Beliau masuk pada raka’at kedua. Setelah jama’ah selesai,
maka beliau shallallaahu ’alaihi wasallam melanjutkan satu raka’at sisa tanpa
ada pengingkaran pada apa yang dilakukan oleh para shahabat. (7) Ini
menunjukkan sahnya orang yang kurang utama mengimami orang yang lebih utama.
Namun jika yang
dimaksudkan adalah bahwa keabsahan shalat berjama’ah yang diimami oleh
seseorang yang sering keliru bacaannya, maka ini harus diperinci. Asy-Syaikh
’Abdul-’Aziz bin Baaz rahimahullah dalam fatwanya menjelaskan sebagai berikut:
إذا كان لحنه لا
يحيل المعنى فلا حرج في الصلاة خلفه مثل نصب رب أو رفعها في سورة الفاتحة الآية 2
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وهكذا نصب
الرحمن أو رفعه ونحو ذلك ، أما إذا كان يحيل المعنى فلا يصلى خلفه إذا لم ينتفع
بالتعليم والفتح عليه ، مثل أن يقرأ إياك نعبد بكسر الكاف ، ومثل أن يقرأ أنعمت
بكسر التاء أو ضمها فإن قبل التعليم وأصلح قراءته بالفتح عليه صحت صلاته وقراءته ،
والمشروع في جميع الأحوال للمسلم أن يعلم أخاه في الصلاة وخارجها ؛ لأن المسلم أخو
المسلم يرشده إذا غلط ويعلمه إذا جهل ويفتح عليه إذا ارتج عليه القرآن
“Bila lahn (kesalahan
baca)-nya tidak merubah makna (ayat), maka tidak apa-apa shalat dengan
bermakmum kepadanya. Seperti me-nashab-kan kata Rabb (menjadi Rabba = رَبَّ) atau
me-rafa’-kannya (menjadi Rabbu = رَبُّ) di dalam
Alhamdulillaahi rabbil-‘aalamiin (الْحَمْدُ للّهِ رَبّ الْعَالَمِينَ).
Begitu pula jika
me-nashab-kan Ar-Rahman (menjadi Ar-Rahmaana = الرّحْمـَنَ) atau
me-rafa’-kannya (menjadi Ar-Rahmaanu = الرّحْمـَنُ) dalam ayat
Ar-Rahmaanir-Rahiim (الرّحْمـَنِ الرّحِيمِ). Dan
lain-lain.
Adapun bila menyebabkan
perubahan makna, maka tidak (boleh) shalat bermakmum dengannya jika orang
tersebut tidak mengambil manfaat dengan belajar atau diberi tahu (bacaan
salahnya) seperti membaca Iyyaaka na’budu dengan kaf di-kasrah (yaitu menjadi
Iyyaki na’budu: إِيّاكِ نَعْبُدُ) dan seperti
membaca an’amta (أَنْعَمْتَ) dengan kasrah
(menjadi an’amti = أَنْعَمْتِ) atau
di-dlammah huruf ta’-nya (menjadi an’amtu = أَنْعَمْتُ). Bila dia
menerima arahan dan memperbaiki bacaannya dengan cara diberitahu oleh makmum,
maka shalat dan bacaannya itu sah. Yang jelas, setiap muslim dalam semua
keadaan disyari’atkan mengajari saudaranya, baik dalam shalat atau di luar
shalat, karena seorang muslim merupakan saudara muslim lainnya. Dia
mengarahkannya bila salah dan mengajarinya bila bodoh dan membetulkan bacaannya
bila terjadi kekeliruan”. (selesai) (8)
Semoga apa yang ditulis
dapat menjawab dan memberi manfaat. Wallaahu a’lam.
Oleh: Abul Jauzaa’ Dony Arif Wibowo
Footnote:
(1) Yang paling bagus
bacaan Al-Qur’annya, ada yang menafsirkan: yang paling banyak hafalannya. Ada
juga yang berpendapat bahwa artinya adalah yang paling bagus tajwid-nya dan
paling bagus mutu bacaannya (أجودهم وأحسنهم وأتقنهم قراءة). Namun yang
paling benar adalah pendapat yang pertama, berdasarkan hadits ’Amr bin Salamah
radliyallaahu ’anhu: “... وليؤمكم أكثركم قرآناً“: “....hendaknya
yang mengimami kalian orang yang paling banyak hafalan Al-Qur’annya”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 4302. Juga berdasarkan hadits Abu Sa’id
Al-Khudri radliyallaahu ’anhu: “وأحقهم بالإمامة أقرؤهم“: “Yang paling
berhak menjadi imam adalah yang paling bagus bacaan Al-Qur’annya”. Diriwayatkan
oleh Muslim no. 672. Maknanya: yang paling banyak hafalannya. Akan tetapi jika
mereka sama dalam hafalan Al-Qur’annya dimana seluruh orang yang shalat atau
orang yang akan dimajukan sebagai imam telah hafal Al-Qur’an, baru dipilih mana
yang paling mantap (كان أتقنهم قراءة وأضبط لها) dan bagus
bacaannya. Karena itulah arti yang paling bagus Al-Qur’annya bagi mereka semua
yang dalam hafalan sama. Lihat Al-Mufhim oleh Al-Qurthubi 2/297, Al-Mughni oleh
Ibnu Qudamah 2/14, dan Nailul-Authar oleh Asy-Syaukani 2/390.
(2) Yang mengerti
hukum-hukum shalat, yaitu: mengerti syarat-syaratnya, rukun-rukun kewajiban dan
hal-hal yang membatalkannya, serta hukum-hukum lainnya. Al-Hafidh Ibnu Hajar
mengatakan:
“ولا
يخفى أن محل تقديم الأقرأ إنما هو حيث يكون عارفًا بما يتعين معرفته من أحوال
الصلاة، فأما إذا كان جاهلاً بذلك فلا يقدم اتفاقاً“
“Sudah jelas bahwa
dikedepankannya orang-orang yang paling pandai bacaan Al-Qur’annya berarti ia
juga orang yang paling mengerti kondisi shalatnya sendiri. Namun kalau ternyata
tidak mengerti kondisi shalatnya, secara mufakat dikatakan bahwa ia tidak
berhak dikedepankan”(Fathul-Bari 2/171). Lihat Hasyiyah Ibni Qasim ’alar-Raudlil-Murbi’
2/296 dan Asy-Syarhul-Mumti’ oleh Ibnu ’Utsaimin 4/291).
(3) Perkataan Rasulullah
shallallaahu ’alaihi wasallam: “Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang
paling bagus atau paling banyak hafalan Al-Qur’annya”; menunjukkan secara tegas
bahwa orang yang paling bagus bacaan Al-Qur’annya didahulukan dari orang yang
lebih dalam ilmu fiqhnya. Itu adalah madzhab Al-Imam Ahmad, Abu Hanifah, dan
sebagian shahabat Al-Imam Syafi’i. Al-Imam Malik sendiri, juga Al-Imam Syafi’i
dan para shahabat beliau mengatakan: “Orang yang lebih dalam ilmu fiqhnya
didahulukan dari orang yang lebih bagus bacaan Al-Qur’annya. Karena bacaan yang
dibutuhkan dalam shalat sudah tertentu, sementara yang harus diketahui tentang
hukum shalat lebih luas lagi. Terkadang dalam shalat ada hal-hal yang hanya
diketahui oleh orang yang sempurna ilmu pengetahuannya tentang fiqh shalat.
Hanya saja dalam sabda Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam: “Kalau dalam
Al-Qur’an kemmapuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang Sunnah”;
menjadi dalil untuk mendahulukan orang yang lebih mahir dalam Al-Qur’annya
secara mutlak dari orang yang mengerti Sunnah. Yang benar, bahwa orang yang
lebih mahir dalam Al-Qur’an memang didahulukan bila ia sudah mengerti
hukum-hukum shalatnya. (Lihat Syarah An-Nawawi ’alaa Shahih Muslim 5/178;
Al-Mufhim Talkhiisu Kitabi Muslim oleh Al-Qurthubi 2/297; danAl-Mughni oleh
Ibnu Qudamah 3/11-12. Lihat juga Fathul-Bari oleh Ibnu Hajar 2/171,
Nailul-Authar oleh Asy-Syaukani 2/389, Hasyiyah Ibni Qasim ’alar-Raudlil-Murbi’
2/296, Asy-Syarhul-Mumti’ oleh Ibnu ’Utsaimin 4/289-291, dan Subulus-Salam oleh
Ash-Shan’ani 3/95).
(4) Perkataan Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam: “Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang
lebih dahulu berhijrah”. Hijrah yang didahulukan dalam pemilihan imam tidaklah
dikhususkan pada hijrah yang dilakukan Nabi pada masa beliau. Tetapi yang
dimaksud adalah hijrah yang tidak akan pernah terputus hingga hari kiamat
sebagaimana ditegaskan dalam banyak hadits (yaitu hijrah) dari negeri kafir ke
negeri Islam demi menjalankan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah. Maka
orang yang lebih dahulu melakukan hijrah tersebut, didahulukan menjadi imam,
karena ia lebih dahulu melakukan ketaatan. Lihat Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah
3/15, Syarhun-Nawawi ’alaa Shahih Muslim 5/179, Nailul-Authar oleh Asy-Syaukani
2/390, dan Subulus-Salam oleh Ash-Shan’ani 3/96.
(5) “Yang paling dahulu
masuk Islam”. Dalam riwayat lain: “yang paling tua usianya”. Dalam riwayat lain:
“yang paling tinggi usianya”. Usia di sini berkaitan dengan kemuliaan keislaman
yang lebih dahulu. Dalam riwayat lain menyebut: “usia”; bukan Islam. Kembalinya
kepada usia keislaman. Karena orang yang lebih tinggi usianya berarti lebih
lama ke-Islam-annya dibandingkan dengan orang yang lebih rendah usianya (Lihat
Al-Mufhim oleh Al-Qurthubi 2/298).
(6) Diriwayatkan oleh
Muslim dalam kitab Al-Masaajid wa Mawaa’idlush-Shalaah, bab: Orang yang paling
berhak menjadi imam, no. 673.
(7) Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 182 dan
Muslim no. 274.
(8) Majmu’ Fataawaa wa Maqaalaat oleh
Asy-Syaikh Ibni Baaz, 12/98-99 (حكم الصلاة خلف من يلحن في القرآن).
Posting Komentar untuk "Siapakah Yang Paling Berhak Menjadi Imam Sholat Berjamaah? dan Apakah Sholatnya Sah jika di Imami oleh yang Bacaannya Tidak Bagus?"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.