Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Panduan Posisi Seks Terbaik dan Membuat Nyaman Kedua Pasangan Yang Halal

Panduan Posisi Seks Terbaik dan Membuat Nyaman Kedua Pasangan Yang Halal

Berikut Posisi seks Terbaik, Aman, dan Nyaman bagi kedua pasangan halal[1].

Posisi Terlentang.

Posisi Duduk.

Posisi Berbaring.

Posisi Telungkup.

Posisi Membungkuk.

Posisi Berdiri

 

Hubungan seksual itu memiliki berbagai posisi yang tidak diketahui banyak oleh pasangan suami-istri. Terkadang seorang istri mengeluh karena selama bertahun-tahun posisi seks yang dilakukan suaminya tidak pernah berubah hingga istri mengalami kejenuhan dalam aktivitas seksualnya dan kepuasan tidak diperolehnya.

Telah disebutkan sebelumnya hadits dari Abdullah bin Abbas yang menjelaskan tentang posisi-posisi seks. Tiada salahnya menjelaskan posisi tersebut dengan agak terperinci. Karena jika pemuda dan suami Muslim tidak mendapati penjelasan dan uraian hadits tersebut dalam buku Islam, lalu di manakah ia akan mendapatinya? Di manakah pemuda Muslim yang hendak menikah yang tidak mengetahui perkara ini, yang menjaga dirinya dari chating, majalah dan film seks, akan bertanya? Bagaimana pemuda atau suami mengetahui hal-hal semacam ini?

Inilah sebagian dari pendapat mereka mengenai masalah ini, yang menjelaskan posisi-posisi yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin Abbas. Berikut ini, sejumlah pernyataan mereka[2]:

Posisi Terlentang

Pertama, ini suatu yang umum yang dilakukan kebanyakan orang, dan bahkan di antara mereka ada yang tidak mengenal selain posisi ini, yaitu terlentang (istilqa'). Yaitu, wanita terlentang di atas punggungnya dan mengangkat kedua kakinya ke arah dadanya, sementara suami duduk di antara kedua pahanya dalam posisi jongkok sambil bertumpu pada ujung-ujung jarinya. Ia tidak menekan perutnya, tapi merangkulnya dengan erat, menciumnya, mengisap lidahnya,[3] menggigit kedua bibirnya, memasukkannya ke dalam, mengeluarkan dan mendorongnya. Ia tak henti-hentinya menggoyang dan mendorongnya hingga keduanya selesai (mengalami orgasme).

Kedua, dalam posisi terlentang juga, yaitu suami meletakkan kedua pahanya di antara kedua paha istrinya dan menyetubuhinya.

Ketiga, wanita dalam posisi terlentang dan suaminya meletakkan kedua kaki istrinya di atas kedua pundaknya, kemudian suami memasukkan tangannya di bawah kedua paha istrinya dan menyetubuhinya sambil merangkaikan jari-jarinya satu sama lain.

Keempat, suami menyetubuhinya dan kedua kaki istri terbentang kedepan atau ke atas dengan menahan kedua lututnya tetap saling bersentuhan-sambil meletakkan salah satu telapak kakinya pada telapak kakinya yang lainnya.

Kelima, wanita terlentang kemudian meletakkan bagian bawah telapak kaki di atas dada suami dan menghimpun kedua tangannya di tengkuk suami, lalu menarik suaminya kepadanya hingga membungkuk lalu lututnya menempel pada dada suaminya, dan organ suaminya masuk ke dalam liang kewanitaannya.

Keenam, wanita terlentang dan membentangkan salah satu kakinya, lalu suaminya duduk di atas pahanya yang terbentang, lantas wanita mengangkat kakinya yang lain tegak ke atas semampu mungkin.

Ketujuh, wanita terlentang kemudian meletakkan telapak kakinya pada pinggang suami, dan suami menarik leher istrinya kepada dirinya.

Kedelapan, suami terlentang di atas punggungnya dan melipat kedua lututnya sedikit. Kemudian istrinya duduk di atas organnya dan punggung istrinya mengarah padanya dalam keadaan merenggangkan kedua pahanya dan diletakkan di luar kedua paha suaminya. Kedua tangannya bertumpu di belakang, sementara tangan suami memegang pinggang istrinya untuk membantunya, lalu istri bangkit dan turun darinya.

Kesembilan, ini seperti sebelumnya, hanya saja wanita merenggangkan kedua pahanya dan meletakan bagian bawah kedua telapak kakinya di atas kedua lutut suami.

Kesepuluh, wanita menaruh dua bantal di bawah bokongnya hingga liang kewanitaannya meninggi, kemudian suami duduk di atas dadanya dalam keadaan punggung suami menghadap wajah istrinya. Setelah itu, wanita memegang ibu jari kedua kakinya dan menariknya ke arah dirinya dengan kuat hampir mencapai kepalanya, hingga suami duduk di atas kedua kakinya. Sebab ketika ia mengangkat kedua kakinya secara maksimal, maka liangnya tampak secara keseluruhan, lalu suami memasukkan organnya sambil melihat bokongnya. Dan, ini salah satu hal yang bisa menambah kekuatan syahwatnya.

Kesebelas, wanita tidur telungkup di atas sesuatu (seperti bantal, ed.) yang tingginya di bagian tengahnya mencapai setinggi meja tulis, misalnya, kemudian ia mengangkat salah satu kakinya ke atasnya dan membiarkan kaki lainnya, lalu suami menyetubuhinya dari belakang pada kemaluannya.

Kedua belas, suami terlentang di atas punggungnya dan membentangkan kedua kakinya dalam posisi lurus, kemudian wanita duduk di atas keduanya pahanya, dan perut suami membidang, lalu istri masukkan organ suaminya ke dalam liangnya sambil bergerak ke depan dan belakang, kanan dan kiri.

Ketiga belas, suami terlentang sebagaimana sebelumnya, lalu istri duduk di atas organnya sebagaimana duduk untuk buang hajat, kemudian ia melakukan sebagaimana sebelumnya.

Posisi Duduk

Pertama, wanita dan suaminya duduk berhadap-hadapan, lalu suami melepas celana istrinya dengan tangannya dan melepas gelang kakinya, lantas melipatnya dan melemparkan dari atas kepala dan lehernya, sehingga istri laksana bola. Setelah itu, wanita terlentang, sedangkan kemaluan dan duburnya mengarah ke depan, lalu suami mencampurinya.

Kedua, suami duduk dan meluruskan kedua kakinya, lalu istri datang dari arah depan dan duduk di atas pahanya, lalu suami memasukkan organnya ke liang istrinya.

Ketiga, suami duduk bersila dalam keadaan organnya berereksi, lalu istri duduk di atasnya dengan wajah menghadap ke wajahnya, mulutnya ke arah mulutnya, dan suaminya mengisap liurnya, atau mencium kedua matanya dan kedua telinganya, serta mendekapnya.

Keempat, suami duduk dengan meluruskan satu kakinya dan satunya lagi tegak, lalu istri duduk di atasnya dengan keadaan memutar wajahnya dan membentangkan kedua kakinya, dalam keadaan berdiri darinya dan duduk di atasnya.

Posisi Berbaring

Pertama, istri tidur berbaring ke sebelah kiri sambil membentangkan kedua kakinya dengan lurus dan memutar wajahnya ke belakang, lalu suami mendatanginya dari belakangnya, melipatkan betisnya pada paha istrinya, memegang buah dadanya dengan tangannya, dan memegang bagian bawah perutnya dengan tangannya yang lain.

Kedua, istri tidur berbaring ke sebelah kiri sambil membentangkan kedua kakinya dengan lurus dan memutar wajahnya ke belakang. Kemudian suami memasukkan kedua pahanya di antara kedua paha istrinya, lalu menggesekkan organnya di antara kedua tepi liang istrinya, kemudian memasukkannya.

Ketiga, istri berbaring dan memutar wajahnya, lalu suami berbaring di belakangnya dalam keadaan kakinya yang satu dilipat dan kakinya yang lain di antara kedua pahanya.

Keempat, istri berbaring pada sisi kanannya dan membentangkan kedua kakinya dengan baik-demikian pula suami-di atas salah satu paha suaminya, sedangkan paha suami yang satunya lagi berada di antara kedua paha istrinya, lalu ia membasahi organnya dan menggesekannya dengan baik hingga ketika merasa hendak orgasme, ia mendorongnya dengan kuat.

Kelima, istri tidur dengan membentangkan kedua kakinya, demikian pula suami dengan berbaring ke sebelah kanannya, dan suami menyilang di antara kedua kaki istrinya, lalu memasukkannya ke dalam. Saat hendak orgasme, ia menariknya sedikit, lalu memasukkannya lagi.

Keenam, suami bersandar pada lambung kirinya dan istri bersandar pada lambung kanannya, lalu ia meletakkan bokongnya di pangkuan suaminya. Ia meletakkan kaki kirinya di atas, dan kaki kanannya di bawah ketiak kirinya, lalu suaminya memasukkannya dengan kuat.

Posisi Telungkup

Pertama, istri tidur dalam posisi menelungkup dan membentangkan kedua kakinya dengan lurus, lalu suami duduk di atas kedua pahanya kemudian memasukkan di dalamnya.

Kedua, istri tidur telungkup, kemudian melipat satu lututnya ke dadanya dan mengangkat bokongnya dengan baik, lalu suami menggaulinya dari belakangnya.

Ketiga, istri menempelkan pipinya pada tempat tidur, lalu suami datang dengan memegang pinggangnya dan memasukkannya.

Keempat, istri telungkup dan suami telungkup di atasnya, lalu meletakkan betisnya di antara kedua betis istrinya, sementara tangannya di pinggangnya dan tangan satunya lagi di perutnya serta mulutnya di mulut istrinya.

Kelima, istri menelungkup dan mengangkat bokongnya-terkadang dengan menempelkan dadanya di tanah dan terkadang mengangkatnya lalu suami duduk dari belakangnya dan memasukkannya. Terkadang ia memegang bagian atas pundaknya, terkadang memegang kuncir rambutnya dengan kuat dan terkadang dengan lemah lembut, terkadang mengecup mulutnya, terkadang menepuk bokong untuk menambah gairah istrinya, dan terkadang mengangkat bokongnya untuk mempercepat orgasmenya.

Posisi Membungkuk

Pertama, istri membungkuk dengan empat anggota tubuhnya seperti ruku. Kemudian suami memegang pinggang kanan istrinya dengan tangan kanannya dan pinggang kirinya dengan tangan kirinya, lalu ia menariknya berikut pinggangnya sedikit demi sedikit.

Kedua, istri membungkuk dengan bertumpu pada kedua lututnya, lalu suami merangkulnya dari belakang. Ia menoleh ke arah suaminya dan memberikan lidahnya padanya agar suami mengisapnya,[4] lalu ia memegang organnya dan memasukkannya.

Ketiga, istri membungkuk dengan dada di atas tempat tidur, dan kedua lututnya menempel di tanah, kemudian suami datang dari arah belakangnya dan menyetubuhinya.

Keempat, istri membungkuk dengan menempelkan perutnya pada kedua pahanya, lalu suaminya menyetubuhinya sambil memegang kuncir rambut istrinya.

Kelima, istri membungkuk dalam posisi berdiri hingga jari-jarinya memegang kedua telapak kakinya, lalu suami datang dari belakangnya dan memasukkannya.

Keenam, istri membungkuk dengan bertumpu pada empat anggota tubuh dan membuka kedua betisnya, lalu suami memasukkan satu betisnya di antara kedua paha istrinya dan membentangkan betisnya yang lain di belakangnya.

Ketujuh, istri membungkuk dengan bertumpu pada empat anggota tubuh dan menempelkan pada dadanya, satu lutut dilipat dan lutut lainnya dibentangkan, lalu suaminya mendatanginya.

Posisi Berdiri

Pertama, istri dan suami berdiri, lalu satu sama lain berangkulan dengan erat. Kemudian, istri berpaut padanya dan mengulurkan tangannya, lalu memegang organ suaminya, membasahinya dengan ludah dan memasukkannya ke dalam liangnya dengan baik secara lembut. Sementara suami, bersamaan dengan hal itu, mencumbuinya, menciumi perut dan payudaranya. Istri mengangkat salah satu kakinya dan menekankan dirinya ke suami.

Kedua, istri berdiri dengan punggung bersandar ke tembok, lalu suami mendatanginya dengan mengangkat salah satu kaki istrinya hingga tetap lebih tinggi darinya dan kemaluannya terlihat jelas. Setelah itu, suami memasukkannya di antara paha istrinya sambil menyandarkan paha istrinya yang satu pada tembok.

Ketiga, istri berdiri pada kedua telapak kakinya dengan bertumpu pada tembok sambil memutar wajah ke arah suaminya, dan menonjolkan bokongnya hingga tampak apa yang ada di antara kedua kakinya, lalu suami mendatanginya sambil memegang dadanya dengan tangan kanannya dan tangan kirinya memegang perutnya.

Keempat, istri dan suami berdiri berhadapan, lalu suami menciumnya dan mengisap lidahnya. Kemudian suami mengangkat salah satu kaki istrinya ke pinggangnya, lalu memasukkannya ke dalamnya. Kemudian suami mengangkat kaki istri yang satunya lagi ke pinggangnya yang lain, dan kedua tangannya memegang pinggang istri atau di bawah bokongnya, sementara kedua tangan istrinya di leher suami.

Kelima, istri meletakkan wajahnya ke tembok, menonjolkan bokongnya, bersandar ke tembok dengan tangannya dan membuka kedua betisnya, lalu suami berdiri di antara kedua betisnya dan menyetubuhinya.

Keenam, istri berdiri dan punggungnya bersandar ke tembok, sedangkan suami berdiri dan wajahnya menghadap kepadanya. Kemudian suami menekuk kedua lututnya dan menempelkannya pada tembok, sementara istri berada di antara keduanya. Lalu istri mengeluarkan kedua kakinya di luar kedua lututnya, lalu duduk di atas kedua lutut tersebut, lalu suaminya menyetubuhinya dengan tetap dalam posisi tersebut.[5]

Inilah sebagian pendapat mereka mengenai posisi-posisi seks. Penulis mengutipnya secara bebas, dengan mendahulukan dan mengakhirkan, menambah dan mengurangi, dan membuang kata-kata yang terlampau vulgar dan mengoyak rasa malu.

Sebagian dari apa yang disebutkan dalam buku-buku mereka akan dikemukakan di sela-sela pembicaraan yang akan datang. Tidak lupa menunjukkan dan merujukkan setiap pendapat kepada pengucapnya. Suami bisa memilih, dari keterangan yang telah disebutkan, apa yang cocok baginya, dan tidak terbatas dengan posisi-posisi ini saja.

Bahkan, ia boleh membuat inovasi dan memperbarui kehidupan seksualnya. Setiapkali seorang laki-laki memperbaharui aktivitas seksualnya, berarti ia telah mengusir kepenatan dan kejenuhan dari istrinya.[6]

Mengapa memaparkan sepanjang ini, padahal Anda cukup mengisyaratkan tanpa membeberkan sebagaimana disebutkan di sebagian buku fiqih dan semisalnya?

Jawab: Telah disinggung sebelumnya bahwa sebagian orang ketika membaca penjelasan ayat atau hadits, sebagian penjelasannya tidak bisa dipahaminya. Ia tidak paham apa makna dan tafsir dari mujabbiyah, mudabbirah (dari belakang), muqbilah (dari depan), atau min duburiha fi qubuliha (dari belakang tapi tetap dalam vaginanya).

Kami hanya khawatir akan dikatakan pada Anda bahwa kata-kata tersebut tidak pantas dimuat dalam buku Islam, dan pantasnya dimuat dalam buku-buku seks?

Jawab: Penulis katakan, jika demikian, ini berarti ajakan kepada setiap pemuda yang komitmen dengan agama Allah yang menjaga dirinya dari chating dan film-film porno agar membeli buku-buku tersebut (yang berisi foto atau gambar yang tidak pantas dilihat) agar belajar darinya tentang seni berhubungan seksual pada saat menikahnya nanti! Apakah ada seorang pun yang mengatakan demikian?!

Apakah buku-buku fiqih itu buku-buku seks, karena memuat katakata semacam ini dan bahkan lebih? Imam asy-Syafi'i, al-Qurthubi, Ibnu al-Qayyim, Imam Malik, al-Imam al-A'zham (Abu Hanifah), dan selain mereka, tidaklah menulis buku-buku mereka dengan kata-kata semacam ini melainkan karena manusia memerlukannya, dan tidak ada seorang pun yang menuduh bahwa kitab mereka adalah kitab seks! Namun, itu tersebar di berbagai buku, lalu penulis menghimpun sebagiannya yang berhasil penulis temukan di satu tempat karena pembahasan buku ini memang memerlukan hal itu.

Kami tidak pernah melihat seperti ini dalam kitab-kitab ulama kontemporer yang membicarakan tentang hukum-hukum pernikahan?

Jawab: Karena itu, banyak pemuda menolak membeli buku-buku seperti itu yang memenuhi toko-toko buku dan etalase. Ketika seorang pemuda membeli buku tentang hukum-hukum pernikahan, ia tidak mendapatkan apa yang dapat menyembuhkan rasa sakitnya berupa pembahasan yang memadai mengenai masalah ini. Betapa banyak kita menghadapi problem yang sumbernya dari ranjang dan ketidaktahuan tentang seni ini dalam kehidupan suami-istri. Telah dijelaskan sebelumnya sejumlah ulama terdahulu yang menyusun tentang masalah ini, dan penulis telah mengemukakan sebagian pernyataan mereka.

Ketidaktahuan sebagian orang tentang pengetahuan seks, menganggap masalah seks merupakan persoalan yang tidak perlu diperbincangkan, menganggapnya sebagai “pagar terlarang" bagi banyak orang yang tidak perlu dipahami, suami-istri (pada khususnya) malu membicarakan masalah ini, malu membeberkan tentang problem seksual yang dihadapi keduanya atau salah satunya, dan berusaha menutupinya, maka akan muncul keterputusan dalam hubungan seksual di antara suami-istri. Setelah itu, sejumlah persoalan muncul ke permukaan tanpa membicarakan problem seks di antara keduanya. Semua ini dan selainnya pada gilirannya akan menyebabkan suami-istri jatuh dalam perangkap talak tanpa mengetahui sebab asli dari problem tersebut (yakni seni seks), baik karena merasa tidak enak maupun karena tidak memiliki pengetahuan tentang seks.

Allah mengetahui bahwa penulis sangat sering mendengar keluhan laki-laki dan wanita yang sudah memiliki pasangan. Sebagian besarnya berawal dari ranjang dan kehidupan seksual di antara suami-istri. Itulah di antara faktor yang mendorong penulis untuk membicarakan tata cara tersebut.[7] Penulis tidak memandang adanya dosa dalam hal ini. Telah disinggung sebelumnya hadits Abdullah bin Abbas saat menjelaskan ayat.[8] Tapi, penulis menambahkan dengan penjelasan dan uraian yang dikutip dari buku-buku yang membicarakan masalah ini.

Posisi seks yang terbaik ialah laki-laki terbentang di atas tubuh istrinya setelah mencumbui dan menciumnya. Karena sebab inilah wanita disebut firasy, sebagaimana sabda Nabi:

الولد للفراش

"Anak itu milik kasur (wanita). "

Ini termasuk kesempurnaan kepemimpinan laki-laki atas wanita, sebagaimana firman-Nya:

الرجال قوامون على النساء

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi wanita (istri).” (An-Nisa: 34) Sebagaimana dikatakan dalam syair:

Jika aku membidiknya, ia adalah kasur yang menidurkanku Ketika aku sudah selesai, ia adalah pelayan yang setia

Allah berfirman:

هن لباس لكم وأنتم لباس لهن

"Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (Al-Baqarah: 187)

Pakaian paling sempurna terdapat pada keadaan ini. Karena kasur laki-laki adalah pakaiannya, begitu pula selimut wanita adalah pakaiannya. Posisi yang baik ini diambil dari ayat ini. Dengan begitu, sangat indah penggunaan kata "pakaian" untuk menjelaskan peran masingmasing dari sepasang suami-istri. Di sini terdapat tinjauan lain, yaitu wanita terkadang menjadi selimut bagi suaminya sehingga ia baginya laksana pakaian. Penyair berkata:

Jika suami melipat leher istrinya

Maka ia terlipat sehingga ia menjadi pakaian baginya.[9]

(Sumber: Tuhfah Al ‘Arusain, Majdi bin Manshur bin Sayyid Asy Syuri)



[1] Mengapa kami tambah kalimat halal, karena panduan ini hanya untuk dipraktekkan bagi mereka yang sudah halal.

[2] Pada beberapa teks, penulis sengaja membuang beberapa kalimat yang kurang pantas.

[3] Diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya bahwa Nabi "mencium Ummul Mukminin Aisyah dan mengisap lidahnya."

[4] Laki-laki mengisap lidah istrinya dan sebaliknya merupakan suatu hal yang bisa menambah syahwat laki-laki dan wanita, menambah keperkasaan laki-laki dan menambah syahwat wanita.

[5] Alamat an-Nisa', Ahmad bin Sulaiman, masyhur dengan Ibnu Kamal Pasha (wafat 940), dikutip secara bebas; dan ar-Raudh al-'Athir, al-Qadhi an-Nafzawi.

[6] Penulis tidak mengatakan bahwa suami harus melakukan semua posisi tersebut atau membatasi diri dengannya. Tidak berarti pula bahwa siapa yang melakukan semua itu atau sebagiannya adalah orang yang kuat atau lemah seksnya.

[7] Demikian pula salah satu faktor terpenting penulisan tata cara ini dan pengutipan sebagian pernyataan ulama terdahulu mengenai masalah ini, ialah apa yang dihadapi banyak ulama, atau orang yang dianggap khalayak sebagai ulama. Seorang pria mengajukan pertanyaan kepada syaikh atau da'i-atau lewat telepon-maka wajah syaikh tersebut berpeluh karena malu. Padahal dalam hadits Ibnu Abbas tidak disebutkan bahwa ada seorang sahabat atau sebagiannya wajahnya berpeluh, apalagi Nabi yang menjelaskan ayat tersebut. Ini hanyalah muncul akibat pagar yang dibuat di seputar persoalan ini dan kebodohan tentang agama ini. Sampai-sampai jika ada seseorang yang membicarakan masalah ini, maka ia dicurigai agamanya! Betapa banyak kita meng hadapi perkara-perkara ini! Betapa banyak kesulitan yang dialami sementara orang! Betapa banyak tudingan yang dialamatkan kepada sebagian orang dari mereka! Karena ia menjelaskan ayat atau hadits, atau menjawab pertanyaan dengan agak terperinci-padahal orang yang bertanya itu hanyalah bertanya untuk kehidupan dan kebahagiaannya serta memelihara rumah tangga dan keluarganya. Seperti kita tidak mendapati kesulitan yang dialami sebagian imam yang membicarakan tentang masalah seperti ini, seperti Imam Malik saat menjawab tentang nakhr (mendesah saat bersetubuh), Abu al-Hasan bin al-Qaththan dan Ibnu Abbas tentang menepuk pada kemaluan wanita, serta selain mereka seperti yang akan lewat di hadapan Anda. Karena itu dan selainnya, penulis ingin menutup pintu kesulitan yang dialami sebagian orang akibat kata-kata tersebut yang sebenarnya dapat mengobati penderitaan laki-laki dan wanita yang tidak mau bertanya. Dalam buku ini, ia akan melihat jawaban dari semua pertanyaan yang diajukannya.

[8] Selang dua hari atau lebih, hampir selalu penulis mendapatkan pertanyaan, baik dari orang kebanyakan, dosen maupun orang yang hendak menikah, seputar tafsir ayat atau hadits, baik lewat tulisan maupun lewat telepon.

[9] Zaad Al Ma’ad (4/249)

Posting Komentar untuk "Panduan Posisi Seks Terbaik dan Membuat Nyaman Kedua Pasangan Yang Halal"