Penyimpangan Akidah dan Cara Penanggulangannya
Penyimpangan dari akidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan karena akidah yang benar merupakan pendorong utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa akidah yang benar, seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keraguraguan yang lama-lama mungkin menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang benar terhadap jalan kehidupan yang bahagia. Selanjutnya, hidupnya akan terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan mengakhiri hidupnya, walaupun dengan bunuh diri. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang telah kehilangan hidayah akidah yang benar.
Masyarakat yang tidak dipimpin oleh
akidah yang benar merupakan masyarakat bahimi (hewani) yang tidak memiliki
prinsip-prinsip hidup bahagia. Meskipun mereka bergelimang materi, tetapi hal
itu justru sering menyeret mereka pada kehancuran sebagaimana yang kita lihat
pada masyarakat kafir. Karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan
pengarahan dalam penggunaannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali
akidah yang benar. Allah berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الرُّسُلُ
كُلُوۡا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعۡمَلُوْا صَالِحًـا ؕ
اِنِّىۡ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ عَلِيۡمٌ
"Hai rasul-rasul, makanlah dari
makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh." (Al-Mu'minun:
51)
وَلَقَدۡ اٰتَيۡنَا دَاوٗدَ
مِنَّا فَضۡلًا ؕ
يٰجِبَالُ اَوِّبِىۡ مَعَهٗ
وَالطَّيۡرَ ۚ وَاَلَــنَّا لَـهُ الۡحَدِيۡدَ
اَنِ اعۡمَلۡ سٰبِغٰتٍ وَّقَدِّرۡ
فِى السَّرۡدِ وَاعۡمَلُوۡا صَالِحًـا ؕ
اِنِّىۡ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِيۡرٌ
وَلِسُلَيۡمٰنَ الرِّيۡحَ
غُدُوُّهَا شَهۡرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهۡرٌۚ وَ اَسَلۡنَا لَهٗ
عَيۡنَ الۡقِطۡرِؕ
وَمِنَ الۡجِنِّ مَنۡ يَّعۡمَلُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ بِاِذۡنِ رَبِّهِؕ
وَمَنۡ يَّزِغۡ مِنۡهُمۡ عَنۡ اَمۡرِنَا نُذِقۡهُ مِنۡ عَذَابِ السَّعِيۡرِ
يَعۡمَلُوۡنَ لَهٗ
مَا يَشَآءُ مِنۡ مَّحَارِيۡبَ وَتَمَاثِيۡلَ وَجِفَانٍ كَالۡجَـوَابِ وَقُدُوۡرٍ
رّٰسِيٰتٍ ؕ اِعۡمَلُوۡۤا اٰلَ
دَاودَ شُكۡرًا ؕ
وَقَلِيۡلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ الشَّكُوۡرُ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan
kepada Dawud karunia dari kami. (Kami berfirman), 'Hai gununggunung dan
burung-burung, bertasbihlah berulangulang bersama Dawud', dan Kami telah
melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan
ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya aku melihat
apa yang kamu kerjakan. Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang
perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya
pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan
tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Rabbnya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka
dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya
menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendaki-Nya
dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit
sekali dari hambahamba-Ku yang berterima kasih." (Saba': 10-13)
Kekuatan akidah tidak boleh
dipisahkan dari kekuatan materi. Jika hal itu dilakukan dengan menyeleweng
kepada akidah batil, maka kekuatan materi akan berubah menjadi sarana
penghancur dan alat perusak, seperti yang terjadi di negara-negara kafir yang
memiliki materi, tetapi tidak memiliki akidah yang benar.
Sebab-Sebab Penyimpangan Dari Akidah
Yang Benar
Sebab-sebab penyimpangan dari akidah
yang benar, yang harus kita ketahui ialah:
1. Kebodohan terhadap akidah yang
benar karena enggan mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya
perhatian terhadapnya. Akibatnya, tumbuh suatu generasi yang tidak mengenal
akidah yang benar dan juga tidak mengetahui apa yang menyelisihinya. Maka,
mereka pun meyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap
sebagai yang haq. Hal ini sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar Radhiallahu
‘anhu:
إنما تنقض عرى الإسلام
غزوة إذا نشأ في الإسلام من لا يعرف الجاهلية
"Sesungguhnya ikatan simpul Islam
akan pudar satu demi satu tatkala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh
tanpa mengenal kejahiliahan."
2. Fanatik pada tradisi yang diwarisi
dari bapak dan nenek moyang meskipun hal itu batil dan meninggalkan apa yang
menyalahinya sekalipun hal itu benar. Hal ini sebagaimana yang difirmankan
Allah:
وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمُ اتَّبِعُوۡا
مَآ اَنۡزَلَ اللّٰهُ قَالُوۡا بَلۡ نَـتَّبِعُ مَآ اَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ اٰبَآءَنَا
ؕ اَوَلَوۡ كَانَ اٰبَآؤُهُمۡ
لَا يَعۡقِلُوۡنَ شَيۡـًٔـا وَّلَا يَهۡتَدُوۡنَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka,
Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah' mereka menjawab, '(Tidak), tetapi
kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami.' (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apa pun dan tidak mendapat petunjuk?”. (Al-Baqarah: 170)
3. Taklid buta dengan mengambil
pendapat manusia dalam masalah akidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa
menyelidiki kebenarannya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada
golongan-golongan seperti Mu'tazilah, Jahmiyah, dan lainnya. Mereka bertaklid kepada
para imam sesat sebelum mereka sehingga mereka juga sesat dan jauh dari akidah
yang benar,
4. Berlebihan dalam mencintai
parawalidan orang-orang saleh serta mengangkat mereka di atas derajat yang
semestinya. Yaitu meyakini bahwa mereka mampu melakukan sesuatu yang tidak
mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun
menolak kemudharatan. Demikian pula, menjadikan para wali itu sebagai perantara
antara Allah dan makhluk-Nya sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali
tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka bertaqarrub pada kuburan para wali
dengan hewan qurban, nadzar, doa istighatsah, dan meminta pertolongan. Hal ini
sebagai yang terjadi pada kaum Nabi Nuh terhadap orang saleh ketika mereka
berkata:
وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ
اٰلِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ۙ وَّ لَا يَغُوۡثَ وَيَعُوۡقَ وَنَسۡرًا
"Jangan sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa' Yaghuts, Ya'uq, dan
Nasr."(Nuh: 23)
Demikianlah yang terjadi pada
penyembah-penyembah kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
5. Lalai terhadap perenungan
ayat-ayat kauniyah yang terhampar di jagat raya ini dan ayat-ayat qur'aniyyah
(ayat-ayat dalam Al-Qur'an). Di samping itu, terbuai juga dengan hasilhasil
teknologi dan kebudayaan sehingga mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi
manusia semata. Maka, mereka pun mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan
seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Hal ini
sebagaimana kesombongan Qarun yang mengatakan:
قَالَ اِنَّمَاۤ اُوۡتِيۡتُهٗ
عَلٰى عِلۡمٍ عِنۡدِىۡؕ
“Qarun berkata, "Sesungguhnya
aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (Al-Qashash: 78)
Demikian pula, sebagaimana perkataan
orang lain yang juga sombong:
هذا لي
"Ini adalah hakku."
(Fushshilat: 50)
إنما أوتيته على علم
“Sesungguhnya aku diberi nikmat itu
hanyalah karena kepintaranku." (Az-Zumar: 49)
Mereka tidak berpikir dan tidak pula
melihat keagungan Rabb yang telah menciptakan alam ini dan yang telah menimbun
berbagai keistimewaan di dalamnya. Juga yang telah menciptakan manusia lengkap
dengan bekal keahlian dan kemampuan untuk menemukan keistimewaan-keistimewaan
alam serta memanfaatkannya demi kepentingan manusia.
وَاللّٰهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا
تَعۡمَلُوۡنَ
“Padahal Allah-lah yang menciptakan
kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (Ash-Shaffat: 96)
اَوَلَمۡ يَنۡظُرُوۡا فِىۡ
مَلَـكُوۡتِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ مِنۡ شَىۡءٍ ۙ
“Dan apakah mereka tidak
memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan
Allah?” (Al-A'raf: 185).
اَللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَ
السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَاَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخۡرَجَ بِه مِنَ الثَّمَرٰتِ
رِزۡقًا لَّـكُمۡ ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الۡـفُلۡكَ لِتَجۡرِىَ فِى الۡبَحۡرِ بِاَمۡرِه ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الۡاَنۡهٰرَۚ
وَسَخَّرَ لَـكُمُ الشَّمۡسَ
وَالۡقَمَرَ دَآٮِٕبَيۡنِۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الَّيۡلَ وَالنَّهَارَ
وَاٰتٰٮكُمۡ مِّنۡ كُلِّ
مَا سَاَلۡـتُمُوۡهُ ؕ
وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَا ؕ
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَـظَلُوۡمٌ كَفَّارٌ
"Allah-lah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu;
dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia
telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghitungnya.” (Ibrahim: 32-34)
6. Kosongnya mayoritas rumah tangga
sekarang ini dari pengarahan yang benar (menurut Islam). Padahal, Rasulullah
telah bersabda:
كل مولود يولد على الفطرة
فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
“Setiap bayi itu dilahirkan atas dasar fitrah.
Maka kedua orang-tuanyalah yang (kemudian) membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)
Jadi, orang tua mempunyai peranan
besar dalam meluruskan jalan hidup anak-anaknya.
7. Enggannya media pendidikan dan
informasi di sebagian besar dunia Islam menunaikan tugasnya. Kurikulum
pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan
agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Secara umum media informasi
baik media cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan
perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi
dan hiburan semata. Media tersebut tidak memperhatikan hal-hal yang dapat
meluruskan akhlak, menanamkan akidah yang benar, serta melawan aliran-aliran
sesat. Dari sini, muncullah generasi tanpa senjata yang tak berdaya di hadapan
pasukan kekufuran yang lengkap persenjataannya.
Cara-Cara Menanggulangi Penyimpangan
Akidah
Cara-cara menanggulangi penyimpangan
di atas teringkas dalam poin-poin berikut ini:
1. Kembali kepada Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah untuk mengambil akidah yang benar sebagaimana para Salafus
shalih mengambil akidah mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki
akhir umat ini, kecuali dengan apa yang telah memperbaiki umat pendahulunya.
Demikian pula, dengan mengkaji akidah golongan sesat dan mengenal
syubhat-syubhat mereka untuk dibantah dan diwaspadai. Sebab, siapa yang tidak
mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
2. Memberi perhatian pada pengajaran
akidah yang benar, yaitu akidah salafus shalih di berbagai jenjang pendidikan.
Demikian juga, memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang
ketat dalam menyajikan materi ini.
Menetapkan kitab-kitab salaf yang
bersih sebagai materi pelajaran dan menjauhi kitab-kitab kelompok penyeleweng,
seperti sufi, ahli bid'ah, Jahmiyyah, Mu'tazilah, Asy'ariyah, Maturidiyyah dan
sebagainya kecuali sebagai wawasan untuk dibantah kebatilannya dan diwaspadai
isinya.
Menyebarparadaiyangmeluruskan akidah
umat Islam dengan mengajarkan akidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh
akidah batil.
Posting Komentar untuk "Penyimpangan Akidah dan Cara Penanggulangannya"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.