Alergi dengan Kata Bid’ah di Muqoddimah Khutbah Jum’at
Beberapa waktu yang lalu Ustadz Khalid Basalamah mengisi khutbah Jum'at di Masjid Raya Padang, dan diawal atau Mukadimah diawali dengan doa dan shalawat, juga menyampaikan hadits larangan berbuat bid'ah yang jarang dilakukan banyak khatib Jum'at di masyarakat.
Bahkan beliau menambahkan arti dalam bahasa
Indonesia nya sehingga jama'ah shalat Jum'at paham akan makna dibalik mukadimah
khutbah Jum'at, mungkin ini dapat menjadi teladan bagi khatib Jum'at lainnya,
Aamiin.
Memang sunnahnya dalam memberi materi khutbah
Jum'at juga menyampaikan bahaya berbuat bid'ah, sayangnya hal ini tidak umum
dimasyarakat.
Bahkan dapat cerita dari seorang teman
didaerahnya, ada seorang ustadz memulai khutbah Jum'at seperti biasa namun
beliau sampaikan juga hadits tentang larangan bid'ah mengikuti Sunnah memulai
khutbah, dan ini membuat beberapa jama'ah naik darah, yang semula mulai ngantuk
kepala kembali tegak dan setelah shalat Jum'at si ustadz ini didatangi beberapa
orang jama'ah shalat Jum'at sambil bertanya kasar "Antum Wahabi
yaa?",
Tentu si ustadz kaget, usut punya usut
ternyata ustadz dituduh demikian karena menyampaikan hadits larangan berbuat
bid'ah diawal khutbahnya, sejak itu si ustadz dilarang mengisi materi khutbah
Jum'at di masjid tersebut karena dianggap meresahkan jama'ah masjid tersebut, SubhanaAllah.
Miris, karena banyak orang yang mengaku
Muslim, pengikut Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam alergi pada
perkataan beliau, padahal larangan berbuat bid'ah banyak disebut oleh Nabi
Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dalam banyak hadits Sahhih, beliau
sampaikan atas dasar cinta Umatnya, agar umat nya menjauhi perkara bid'ah yang
disebut beliau sendiri tempat nya di neraka, dan perkataan larangan berbuat
bid'ah bukan berasal dari Syaikh Fulan atau Ustadz Fulan.
Penyebabnya mungkin hadits-hadits larangan
berbuat bid'ah jarang disampaikan ditengah masyarakat, dan ini berlangsung
selama ratusan tahun turun temurun, sehingga asing ditengah masyarakat, dan
ketika ada seorang menyampaikan hadits2 larangan berbuat bid'ah dianggap
radikal dan suka membid'ahkan orang, SubhanaAllah.
------
Bahkan tidak hanya sekali-dua kali beliau
bicara masalah bid’ah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai
khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ
وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik
perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama)
yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah,
setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Tidak hanya itu, di akhir-akhir hidup beliau,
beliau masih mewanti-wanti masalah bid’ah. Al Irbadh bin Sariyah
radhiallahu’anhu mengatakan:
صلَّى بنا رسولُ
اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ذاتَ يَومٍ، ثُمَّ أقبَلَ علينا، فوَعَظَنا
مَوعِظةً بَليغةً ذَرَفَتْ منها العُيونُ، ووَجِلَتْ منها القُلوبُ، فقال قائلٌ:
يا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كأنَّ هذه مَوعِظةُ مُودِّعٍ، فماذا
تَعهَدُ إلينا؟
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalat bersama kami suatu hari. Setelah shalat beliau menghadap kami kemudian
memberikan nasehat yang mendalam yang membuat air mata berlinang dan hati
bergetar. Maka ada berkata: wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat
orang yang akan berpisah, apa yang engkau pesankan kepada kami?”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun bersabda,
أُوصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا
بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa
kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin
kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian
yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka
wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin
yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan
gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang
diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan
setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits
ini hasan shahih”)
Maka jelas, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam sangat mewanti-wanti umatnya terhadap kebid’ahan, melarang kebid’ahan
bahkan sering dan terus-menerus beliau lakukan hal ini. Maka sudah semestinya
para da’i yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga menyerukan
hal yang sama. Tentunya dengan ilmu dan dakwah yang hikmah
Oleh: Ust. Siswo Kusyudhanto
Sumber Referensi " Menjelaskan Bid'ah
bukan berarti memvonis Neraka ", karya Ustadz Yulian Purnama di web Muslim
or Id
Posting Komentar untuk "Alergi dengan Kata Bid’ah di Muqoddimah Khutbah Jum’at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.